Fortasi Putra: Bersyukur Bisa Menjadi Santri
www.annurngrukem.com – Forum Ta’aruf Santri atau biasa disingkat Fortasi, adalah acara yang digelar Pondok Pesantren An Nur Ngrukem setiap tahunnya. Pelaksanaan acara ini bertujuan sebagai pengenalan kebudayaan pesantren serta sistem pesantren kepada peserta didik baru atau santri baru.
Senin (1/3) Pondok Pesantren (Ponpes) An Nur mengadakan Fortasi yang bertempat di Aula III Putra. Acara ini diikuti oleh seluruh santri baru tahun ajaran 2020 beserta jajaran pengurus Ponpes An Nur dan dihadiri KH Muslim Nawawi selaku pengasuh Ponpes An Nur Ngrukem.
Fortasi biasa dilaksanakan pasca santri baru datang ke pesantren atau pada awal tahun ajaran baru. Namun karena adanya wabah pandemi Covid-19 maka pelaksanaan Fortasi baru bisa dijalankan. Pelaksanaan acara Fortasi biasanya juga dihadiri oleh wali santri, namun kali ini wali santri tidak hadir dikarenakan mematuhi kebijakan dari perintah terkait mengurangi penyebaran wabah Covid-19.
Acara dibuka setelah bakda Magrib oleh Muhammad Ikhsan Alfito sebagai MC dan diawali dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an yang dibawakan oleh Afiq Ikmal. Dilanjut dengan sambutan oleh KH Muslim Nawawi yang menyampaikan ucapan selamat serta semangat kepada santri baru.
Dalam sambutannya, KH Muslim Nawawi menegaskan bahwa Fortasi yang dilaksanakan dengan sederhana jangan sampai mengurangi makna dari Fortasi itu sendiri. Menjadi santri harus bisa beradaptasi dan terus semangat dalam mengaji. Walau masih terbayang dengan suasana di rumah, tetapi harus bisa melawan rasa tidak krasan dengan cara beradaptasi dengan lingkungan pesantren.
Di tengah sambutannya, ada beberapa santri yang terlihat mengantuk, lalu KH Muslim Nawawi memberikan cerita bahwa dulu bila ada santri mengantuk Simbah KH Nawawi Abdul Aziz selalu berpantun, “Gedhang Kluthuk metu ulere, sopo seng ngantuk metu ilere” (Pisang Kluthuk keluar ulatnya, siapa mengantuk keluar liurnya). Serentak para santri tertawa dan tidak jadi mengantuk.
KH Muslim Nawawi juga menyampaikan bahwa bisa merasakan mondok itu harus senantiasa ditumbuhkan rasa bersyukur. Apalagi di era pandemi seperti ini, harus lebih banyak bersyukur karena bisa menjalani kehidupan dan menuntut ilmu di pesantren. Selain itu, alasan harus selalu ditumbuhkan rasa bersyukur adalah karena sudah melalui berbagai macam proses yang panjang, serta menjadi orang pilihan. Sebab banyak sekali teman-teman di luar sana yang ingin merasakan dapat mengaji di pesantren namun tidak atau belum terpacai keinginannya tersebut.
Untuk mondok dan menjadi sukses memang diperlukan perjuangan, salah satunya adalah jauh dengan orang tua. Seperti halnya tokoh Islam terkemuka, dalam perjalanan hidupnya mencari ilmu pasti berpisah dengan orang tuanya, mondok atau merantau. Seperti Nabi Muhammad SAW yang berpisah dengan ayahanda dan ibundanya sewaktu masih kecil dan Nabi Musa AS yang berpisah dengan orang tuanya dan dihanyutkan di sungai dan masih banyak cerita lainnya.
Salah satu faedah jauh dari keluarga adalah orang tua menjadi bertambah sayang, dibuktikan dengan seusai salat atau setiap waktu pasti mendoakan. Imam Syafi’i mengibaratkan orang yang mondok seperti air mengalir yang terjaga kebersihannya dan memberi manfaat bagi orang lain. Jadi, kuatkan tekad mengaji dan maksimalkan waktu untuk kegiatan positif selagi diberikan kesempatan menuntut ilmu di pesantren.
Seperti sebelumnya, aktivitas selalu penuh seperti mengaji, sekolah, diniyah dan lain sebagainya. Namun untuk tahun ini, kegiatan dibatasi karena adanya wabah pandemi Covid-19 dan santri baru harus lebih adaptasi dari sebelumnya sebab dengan kurangnya kegiatan menjadikan banyak waktu luang yang membuat santri baru sering mengingat suasana rumah.
Acara fortasi sempat jeda untuk melaksanakan jamaah salat Isya. Lalu dibuka Kembali dengan bacaan basmallah secara bersama. Setelah jamaah salat Isya, acara Fortasi dilanjutkan kembali dengan diisi pengenalan jajaran zuriah dan pengurus kepada santri baru.
Sambutan sekaligus pengenalan jajaran zuriah dan pengurus dipimpin oleh Ahmad Sangidu selaku Ketua Pondok Pesantren An Nur Ngrukem. Dilanjut dengan sosialisasi dari departemen-departemennya.
Dimulai dengan rekan pengurus departemen Keamanan dan Ketertiban yang disampaikan oleh Rizky Baihaqi selaku koordinator. Risky Baihaqi membacakan Qonun (peraturan) pesantren, serta menyampaikan bahwa menjadi santri harus belajar sopan santun, tata krama, unggah-ungguh kepada yang lebih tua dan memupuk kasih sayang kepada yang lebih muda. Menjadi santri harus kuat rekoso (susah) karena kehidupan tidak selamanya berjalan sesuai dengan keinginan kita.
Dilanjut dengan rekan pengurus departemen Pendidikan dan Dakwah yang dibawakan oleh Yusuf Mahfudz selaku koordinator. Yusuf Mahfudz menjelaskan bahwa setiap malam Sabtu sampai dengan malam Senin, santri mengaji wajib menggunakan baju putih lengan panjang.
Ketika mengaji harus dengan suara yang lantang dan tegas, juga legowo jika terdapat salah dan nurut kepada guru ngaji jika diberi masukan. Kemudian, habis salat Jumat wajib ziarah ke Maqbarah (Maqam Simbah KH Nawawi Abdul Aziz dan Simbah Ny Hj Walidah Moenawwir).
Selanjutnya, dari rekan pengurus departemen Kebersihan dan Kesehatan yang dibawakan oleh Sugeng Riyadi selaku koordinator. Sugeng Riyadi mengutarakan terkait piket komplek yang dijalankan setiap hari secara bergilir dari satu komplek dengan komplek yang lain.
Acara ditutup dengan closing statement dari Ahmad Sangidu, yang menceritakan, “Jangan buru-buru pengen boyong kalau sudah masuk pondok. Apalagi baru satu dua hari di pondok. Sebab, menjadi santri itu asyik, banyak teman. Plus, kamu bisa menguasai berbagai skill. An Nur ini aja ada 8 ekstrakurikuler. Di luar cuma berapa?”