History of Pink’s

Hari ini shella kembali berulah, ia membolos pelajaran untuk kesekian kalinya bersama
“pink’s queen” , geng Shella dengan 4 teman sebayanya yang dijuluki sebagai mafia madrasah oleh
adik-adik tingkat mereka, karna memang seolah-olah Shella and the geng lah penguasa madrasah ini.
Nongkrong di kantin saat jam pelajaran berlangsung sudah menjadi ciri khas member Pink’s Queen
setiap harimya. Kalau tidak didatangi guru BK, bisa saja mereka tetap duduk santai di kantin
madrasah sampai nanti jam pulang sekolah. Seragam berantakan, atribut tidak lengkap, memakai
sandal jepit, hingga poni rambut yang sengaja dibiarkan keluar dari jilbab. Kira-kira seperti itulah
gambaran mafia madrasah yang kini sedang duduk dibangku kelas 11 Madrasah Aliyah Ashabul Kahfi.
Memang style 5 remaja ini bisa dibilang jauh dari aturan yang tertera, bahkan hampir mirip dengan
anak punk di jalanan. Padahal seperti yang semua orang tahu, bagaimanapun juga, mereka tetaplah
santri. Tinggal diasrama pesantren dengan anak-anak lainnya, dan yang pasti tidak terlepas dari
aturan pesantren yang tidak mungkin membedakan antara satu sama lain.
“Mau sampai kapan kalian seperti ini, ha? Dasar anak-anak nakal. Pergi keruang BK sekarang!” Bu
Gina, guru BK legend ini tiba-tiba saja sudah berdiri di antara 5 remaja yang sedang asyik menyantap
nasi kucing di kantin madrasah.
Keheningan tercipta beberapa detik, sebelum akhirnya para remaja ini kembali ke fokusnya masing-masing, makan nasi kucing. Tidak ada seorang pun yang menggubris
ucapan Bu Gina, bahkan hanya untuk sekedar menoleh saja mereka malas.
“Tau sopan santun nggak sih kalian? Dengar nggak ibu ngomong apa barusan, ha?” kata Bu Gina dengan emosinya hampir berada dititik puncak, siap untuk meledak.
“Sopan santun? Mengganggu orang makan sambil teriak-teriak? Gitu yang Ibu maksud sopan santun,
iya?” jawab Parsya, juru bicara tergokil geng Pink’s Queen yang selalu berhasil membuat siapa pun
di hadapannya merasa jengkel tingkat dewa.
“Yaelah Bu, kalau mau join makan mah join aja kali. Ga usah marah-marah gitu napa?” kata Nuzella,
tampang sok polos itu tak kalah menyebalkannya dengan Parsya, yang sukses membuat emosi bu
gina semakin tersulut.“Ibu bilang, pergi ke ruang BK sekarang!” Wajahnya memerah, telunjuk Bu Gina mengarah pada ruang pojok sebelah aula utama.
Bukannya beranjak, 5 sekawan ini malah tertawa dengan kencangnya melihat guru BK itu makin tak terkendali.
“Ke ruang BK sekarang, atau…“ Bu Gina merogoh ponsel dari saku seragam coklat tua itu, siap
mengeluarkan senjata pamungkasnya.
“Eits, stop, stop, stop. Kita ke ruang BK sekarang. Matikan ponselnya. Oke?” sontak saja karina
langsung berdiri, mengiyakan perintah Bu Gina karna ia tahu pasti guru legend itu akan menghubungi
orangtua mereka satu per satu jika membantah ucapannya.
“Bagus! Ibu tunggu sekarang. Awas saja ya kalau kalian berani kabur” Bu Gina berbalik, meninggalkan
mereka berlima di sana.
“Harus banget kita ke sana apa? Males ih” Shella berdecak kesal.
“Sorry ya Shel, aku takut kalau Bu Gina telpon Papa. Tau sendiri kan, Papaku garangnya melebihi Kak
Ros” kata Karina.
Tak ada yang lebih bisa membuatnya tertunduk kecuali 1, Papa. Tidak ada jawaban, teman-temannya hanya tersenyum kesal sebelum akhirnya, Isyana, member Pink’s Queen tertua dengan wajah paling sangar, juga hati paling lembut. Entahlah, sikap isyana yang begitu hangat rasanya tidak pas dengan mimik wajahnya yang datar lengkap dengan tatapan yang tak kalah mengerikan.
“Sudahlah, kita turuti saja apa mau Bu Gina,” Isyana menepuk pundak temannya satu per satu
memberi kode agar mereka beranjak dari duduknya.
“Kok diam? ayo!” seru isyana lagi yang hanya dibalas anggukan oleh keempat rekannya itu.
Jam menunjukkan pukul 16:00 wib. Akhirnya shella dan teman-teman baru bisa kembali ke asrama setelah membersihkan 15 kamar mandi madrasah. Cukup melelahkan, namun sudah biasa bagi para mafia madrasah ini. walaupun mereka harus berada dimadrasah lebih lama 2 jam dari jadwal pulang sekolah.
Tak jauh berbeda dari yang mereka lakukan dimadrasah, saat berada di asrama pun, 5 remaja ini
kerap membuat kegaduhan yang jelas dilakukannya secara sengaja. Sudah 4 kali dibulan ini, ayah
shella mendapat panggilan dari pesantren untuk menghadap pengasuh karna kelakuan putrinya.
Semir rambut, berkelahi, membawa alat lahwi, dan pergi keluar asrama tanpa izin. 4 kelakuan Shella
dibulan ini yang tidak lagi mendapat toleransi dari pengurus asrama karna memang sikap anak itu
yang sudah keterlaluan.
Setelah bebersih dan sholat Ashar, Shella duduk disudut kamar. Diam, memandangi jajaran
lemari yang sudah usang. Terlihat mulai rapuh. Tidak ada percakapan, semua sunyi. Hening, kecuali
suara samar ayat suci Al-Qur’an yang dilantunkan dari luar kamar. Anara, anak itu. Teman sekamar
Shella yang berkelakuan terbalik dengannya. Siapapun yang memandang, pasti kagum dengan Anara.
Bukan hanya paranya yang cantik, namun hati dan sikapnya juga tak kalah cantik. Siapa yang tidak
kagum dengan anak 15 tahun yang telah menyelesaikan hafalan 30 juznya. Anara, adik tingkat shella
yang selalu sukses memikat hati banyak orang. Tak jarang anara mengajak shella untuk mengaji atau
sekedar bersholawat bersama, namun tak jarang pula Shella menolak mentah-mentah penawaran
itu.
“Apa sih gila, gausah sok suci deh kamu” kata Shella, saat Anara mengajaknya bersholawat minggu
lalu.
PLAK! Tamparan pelan Nuzella mendarat mulus di pipi Shella, sukses membuyarkan lamunan jauhnya.
“Ngapain bengong kayak gitu? Mikirin apa?” tatapan mata Nuzella tampak santai walau sebenarnya
mengandung arti serius.
Shella menggeleng malas, lalu beranjak dari duduknya sambil sesekali mengernyitkan dahi. Pandangannya tertuju pada sesuatu yang tergantung didinding dekat pintu. Sebuah kalender kecil terpajang rapi di sana dengan balutan debu tipis yang menghiasinya. Shella memandangi kalender usang itu cukup lama sebelum akhirnya membolak-balik lembaran kertas putih itu. Wajahnya tampak seperti memikirkan banyak hal. Butuh beberapa menit bagi Shella,hingga akhirnya gadis cantik itu teringat sesuatu.
“Aku mau telpon ayah zel” shella berbalik menghadap lawan bicaranya. Nuzella hanya mengangguk
sebagai jawaban.
Malam ini, setelah semua kegiatan selesai, Shella bergegas menuju lobi depan untuk
meminjam ponsel asrama guna menghubungi ayahnya di rumah. Tak perlu waktu lama agar telpon
Shella dapat terhubung sampai keseberang sana.
“Assalamualaikum Shella, sehat Nak?” suara samar Ayah terdengar begitu pelan dan berat.
“Ayah! Ayah nggak lupa kan? 2 hari lagi!”
“Jawab salam ayah dulu Shella”
“Iya-iya, waalaikumsalam. Tapi ayah beneran nggak lupa kan yah?” shella terbayang tanggal-tanggal
yang tertera pada kalender kamar, 2 hari lagi Shella akan berulang tahun yang ke-17. Tahun
penantian para remaja.
“2 hari lagi akan jadi hari special Shella yah. Shella harap ayah nggak lupa” hening! Percakapan
mereka selesai, telponnya mati. Bukan sekali dua kali Shella begini. Sama seperti sebelumnya, Shella
selalu saja marah-marah saat menelpon ayahnya yang tidak pernah mendapat respon buruk dari
sang ayah. Hanya diam, lalu telponnya berakhir.
Tak terasa, waktu silih berganti. Kini, usia Shella genap 17 tahun. Ya, sweet seventeen!. Pagi
ini, shella mendapat surprise sederhana dari para member pink’s queen sebagai perayaan special
day salah seorang member mereka. Brownies coklat berbentuk hati lengkap dengan sebuah kotak
kado berwarna pink soft itu menjadi hadiah ulang tahun shella dari keempat teman karibnya. Shella
belum sempat membuka kotak kado karena Shella masih sibuk meyakinkan dirinya bahwa ayah tak
lupa dengan hari spesial Shella.
Sepulang sekolah, Shella belum juga mendapati ayahnya berada dilingkungan asrama. Wajahnya
ditekuk, emosinya mulai tersulut, ia merasakan jantungnya yang berdegup tak karuan.
“Aku mau pulang! Mau lihat lagi ngapain ayah sampai-sampai lupa hari ulang tahunku!” ujar Shella
pada teman-temannya dengan nada tinggi lalu berdiri meninggalkan mereka di depan gerbang
asrama.
“Shella, stop! Gaperlu!” teriak Isyana dan karina bebarengan yang tak mendapat jawaban apa pun
dari Shella. Keempat gadis tadi hanya mampu memandangi shella dari kejauhan. Kalau shella sudah
begini, tidak ada yang bisa berbuat apapun, semua diam tak berkutik. Jarak dari asrama ke rumah Shella memang tidak begitu jauh, jadi hanya perlu waktu sekitar 7 menit untuk sampai ke rumah dengan sepeda yang Shella pinjam dari pak surya, tukang kebun madrasah. Shella memarkirkan sepeda yang ia tumpangi di belakang rumah dan berniat masuk melalui pintu belakang. Tepat di depan pintu, Shella mendengar suara gemuruh dari arah dalam.
Karna penasaran, Shella kembali berjalan menuju jendela dapur, lantas mengintip dengan hati-hati. Shella tidak mungkin salah lihat. Itu ayah, itu ayah yang sedang sibuk menyiapkan nasi tumpeng
raksasa dengan berbagai macam lauk pauk di sekelilingnya. “Barakallah fi umrik, Keyshiella Zuhdi
Syarifa” kata-kata itu benar-benar nyata berada di tengah nasi tumpeng. Shella menyaksikan
semuanya. Shella melihat sendiri nasi tumpeng itu dibuat khusus oleh ayah dengan penuh
kehangatan.
“Semoga kamu suka ya Shel. Jadi anak yang lebih baik lagi ya? Jangan bikin ayah sedih. Ayah sayang
kamu, Shella.” Suara ayah terdengar sayup-sayup dari balik jendela. Beberapa detik kemudian, ayah
beranjak menuju etalase dapur yang cukup sempit. membuka salah satu kotak serbaguna lalu
merogoh apapun yang ada di dalam sana. Butuh 3 detik sebelum akhirnya ayah menemukan apa
yang sedang dicari. Sebuah kapsul berwarna oranye dan 2 buah tablet hisab. Entah obat apa itu,
selama ini shella tidak tahu bahwa ayahnya sedang mengonsumsi obat-obatan.
“Doakan ayah cepat sembuh ya shel. Maafin ayah belum bisa bahagiain kamu sayang” detik itu juga,
Shella berbalik. Menahan berbagai rasa sakit yang tak terkendali dari dalam hatinya. Ia bergegas
menaiki sepeda dan mengayuh pedalnya kuat-kuat menjauhi rumah. Shella salah!. Shella salah telah
melakukan perbuatan-perbuatan bodoh diasrama yang hanya akan membuat ayah, juga dirinya
sakit.
Hari ini, hari ulang tahun Shella. Hari bahagia, juga hari penyesalan baginya. Sesampainya
diasrama, shella menemui member Pink’s Queen lainnya dan menghambur kepelukan mereka begitu
saja, tanpa aba-aba. Shella menangis. Remaja itu benar-benar menyesali perbuatannya. Tanpa
bercerita pun, teman-teman shella pasti sudah sangat paham dengan keadaan sekarang ini. Tapi
anehnya, penampilan 4 teman Shella kali ini berbeda. Jauh lebih baik!. Mereka semua mengenakan
gamis. Jilbab dengan ciput yang jauh lebih rapi, juga tatapan berbeda yang jauh lebih hangat dan
lembut.
“Tidak apa Shella. Kita perbaiki semuanya bareng-bareng ya?” suara Isyana terdengar begitu ikhlas,
berusaha meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja.
“Kali ini bikin Pink’s Queen dengan versi yang lebih baik Shel? Kamu mau kan?” Parsya memeluk
tubuh shella lebih kuat.
“Diumur yang ke-17 mu, harus jadi pribadi yang lebih bahagia shella. Yang pasti bahagia dengan
segala perbuatan baik. Nggak Cuma kok, ada kita juga yang bakal nemenin kamu sampai kapanpun.
Be better together, okay?” karina melepas rangkulan teman-temannya, menatap satu per satu, lalu
tersenyum penuh penyesalan. Shella menyeka air matanya sebelum akhirnya turut tersenyum
sambil sesekali mengangguk pelan.
“Kamu mau buka kadonya sekarang Shella?” Nuzella muncul dari balik pintu, membawa kotak kado
pemberian pink’s queen tadi. Shella meraih kotak itu, lantas membukanya.
“Wah, lucu sekali. Makasih banyak ya!”. Tidak pernah Shella sangka, ia akan mendapatkan gamis
yang sama dengan yang sedang teman-temannya kenakan. Gamis hitam bermotif pink abstrak
dipadukan dengan jilbab coklat susu itu cocok sekali berada di badan Shella dan teman-teman. Begitu
cantik!.
“Keyshiella!, keyshiella mendapat tamu dilobi depan. Keyshiella harap segera turun” suara lantang
mikrofon menggema keseluruh ruang. Sontak shella langsung beranjak saat mendengar namanya
dipanggil.
“Pasti Ayah” gumamnya.
“Kita ke bawah bareng-bareng yuk? Ketemu Ayah” ajak Shella pada teman-temannya dan langsung
mendapat anggukan semangat dari keempat temannya tanpa terkecuali. Dari jarak 10 langkah, Shella melihat tubuh ringkih ayah ada disana, berdiri membelakangi
dirinya. Terlihat sangat rapuh dan lelah.
“Assalamualaikum Ayah” Shella menghampiri ayah, meraih tangannya untuk ia cium dengan segala
penyesalan.
“Wa… waalaikumsalam”
“Shella? Masyaallah, ini Shella? Anak ayah?” ayah meraba kedua pipi Shella tak percaya. Air matanya
jatuh begitu saja. Shella mengangguk pelan lalu tersenyum tipis.
“Iya yah. Ini Shella, anak ayah”
“Doain shella biar bisa jadi pribadi yang lebih baik seperti harapan ayah ya? Sama shella terus ya yah,
jangan kemana-mana” air mata shella terjun dengan bebasnya. Ayah memeluk erat tubuh shella.
Pelukan hangat, namun penuh sesak.
“Sehat-sehat ya yah?jangan sakit”
“Shella..Shella sayang banget sama ayah”
“Ayah juga Shel, ayah sayang banget sama shella. Ibu disana juga pasti bangga banget sama kamu
shella” ayah melepas pelukannya lalu mengusap lembut bahu shella. Memang, shella adalah orang
satu-satunya yang ayah miliki setelah kepergian ibu 6 tahun silam. Orang yang akan selalu ayah jaga
dan sayangi sampai kapanpun dan bagaimanapun keadaannya.
“Nanti biar Shella yang menggantikan peran ibu dirumah ya yah?” Shella kembali tersenyum.
“Semuanya untuk ayah”
“Janji untuk selalu jadi orang yang kuat seperti ibumu ya Shel? Doa ayah selalu menyertaimu” Waktu memang tidak pernah mau menunggu, ia berputar dengan cepatnya, dan secepat itu pula perubahan yang ada pada diri para member pink’s queen.
4 bulan pertama mereka setelah hari lahir Shella berjalan dengan sangat baik. Kegiatan-kegiatan diasrama dan madrasah pun mereka jalani dengan penuh keikhlasan dan rasa sukacita. Jika ada waktu luang, mereka berlima selalu menyempatkan diri untuk berkumpul bersama Anara walau hanya untuk sekedar belajar ngaji atau
murojaah bersama. Sebetulnya, memang sudah lama anara mengajak para member pink’s queen
untuk belajar bersama dan tanpa alasan, 4 teman Shella juga sudah menyetujuinya sejak awal.
Hanya tinggal menunggu Shella seorang. Siapa sangka, Shella juga tergerak oleh sendirinya untuk
menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Bahkan tak sedikit di 4 bulan ini, santri-santri
diasrama selalu saja dibuat kagum dengan perilaku pink’s queen yang berbanding terbalik 360
derajat. Sholat jamaah tepat waktu, membantu sesama, berbagi makanan dan minuman, tidak
pernah bolos sekolah, dan masih banyak perubahan yang mereka alami yang dan yang pasti
membawa mereka menjadi Pink’s Queen yang diharapkan banyak orang.
“kalian tahu? Aku senang sekali memiliki teman-teman hebat seperti kalian. Kita bareng-bareng
teruys ya?” shella menatap temannya bergantian yang sedang duduk dipendopo taman depan
asrama. Suasananya begitu hangat ditambah sisa-sisa air hujan yang baru saja turun dengan segala
kenangan masalalu yang mereka ukir diasrama ini. Karna kebetulan sekarang hari libur, maka
kegiatan pesantren juga tidak begitu padat. Alhasil para remaja itu memilih untuk berkumpul
dipendopo walau pada akhirnya mereka semua terbawa oleh lamunannya masing-masing.
“nggak nyangka banget kan? Ternyata allah memang sebaik ini. Alhamdulillah ya” senyum karina
terlihat sangat tulus.
“Ya, cerita kita memang sudah ditulis oleh penulis skenario terhebat. Dan kalian, salah satu part
terhebat dalam skenarioku” Parsya menopang badannya dengan tangan kiri. Matanya memutar
memperhatikan teman-teman hebatnya.
“Aku selalu berharap, kita akan menjadi Pink’s Queen yang seperti ini, atau bahkan lebih baik dari ini.
buat kalian, makasih banyak ya? Makasih untuk segala hal yang bikin aku kuat sampai hari ini. Aku
sayang kalian.” Ucapan Nuzella menutup obrolan sore ini. Pink’s adalah kata yang mereka pilih dari
gabungan huruf depan nama setiap membernya. Parsya, Isyana, Nuzella, Karina, dan Shella kini
menjadi Pink’s dengan makna yang berbeda. Mereka semua mulai menemukan jati dirinya masing-masing. Berkat teman dan lingkungan asrama yang mendukung, member Pink’s Queen sukses memotivasi banyak orang di asrama. Dengan mengandalkan 1 visi, “be better together”, 5 remaja ini benar-benar membuktikannya. Perubahan tidak akan terwujud jika bukan kita yang memulainya.
“Ada banyak orang yang menunggumu sukses! Jangan pernah buang sia-sia waktu dan tenagamu ya?
Yuk, jadi pribadi yang lebih baik lagi! Baik itu diasrama, maupun diluar area pesantren. Karna apa?
Karna bagaimanapun juga kita tetap santri. Dan kamu tahu? Tindakan yang kecil, mampu
membuahkan hasil yang besar. Keep spirit to be better everyone!” sedikit pesan Shella untuk kalian,
jangan pernah lelah untuk menjadi orang baik ya!
Happy khodijah raya competition!
-love regards, keyshiella.
Nabila Dewi Khoirunnisa [khodijah pusat]