Pojok Santri

Pojok Santri#3 (Kisah Inspiratif Santri An Nur)

www.annurngrukem.com – Inosensia Lionetta Pricillia, atau yang akrab dipanggil Noni’ adalah anak dari almarhumah ustazah Ita Meigavitri. Ustazah Ita dikenal sebagai mualaf yang menjadi seorang pendakwah. Kisah inspiratifnya pun ditayangkan dalam berbagai media sosial.

Dalam perjalanannya, bukan hanya ustazah Ita yang menjadi mualaf, namun juga keluarganya, termasuk Noni’. Noni’ sendiri selepas menjadi mualaf enggan mengganti namanya karena dirasa akan terasa susah, sebab nama tersebut sudah tercantum dalam akte kelahiran. Nama Noni’ sendiri menjadi julukannya sebab ia adalah keturunan China.

Noni’ mulai memeluk agama Islam saat duduk di bangku kelas IX SMP tahun 2013 dan di umur 13 tahun. Sedangkan ibundanya memeluk Islam sudah 2010 silam. Mualaf Center menuntun Noni’ mengucap 2 kalimat syahadat. Hingga saat ini, kediaman Noni’ menjadi salah satu yayasan dari Mualaf Center Purworejo dan menjalin kerja sama dengan Kementrian Agama.

First impression, Noni’ merasakan senang dan terharu saat mengucap syahadat. Karena sedari kecil sudah merasa senang dengan Islam, jadi saat mengucap syahadat rasanya pasti senang sekali.

Dalam wawancara, Noni’ mengatakan bahwa memilih memeluk Islam karena sedari kecil ia sering melihat pembantu di rumahnya melaksanakan salat. Selain itu, ia juga melihat keharmonisan dari bapak dan ibundanya saat selesai salat. Kala itu, Noni’ merasa senang melihat ibundanya mencium tangan bapaknya usai salat.

Keseharian yang dijalani Noni’ adalah sebagai mahasiswa jurusan Teknik Informatika di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) juga santri di Pondok Pesantren An Nur Ngrukem Bantul, di komplek Maghfiroh. Di samping sibuk dalam organisasi kampus, Noni’ tetap meluangkan waktu mengaji dan mengikuti kegiatan pondok.

Di pondok, Noni’ mendalami ilmu agamanya dan di sanalah ia mendapat nama Islam yakni Umi Haniik. Nama itu diberikan langsung oleh KH Yasin Nawawi, ketua Yayasan Al Ma’had An Nur, sekaligus pengasuh komplek Maghfiroh. Di samping mendalami ilmu agama, Noni’ juga menjalani puasa ngrowot (tidak memakan nasi) selama 3 tahun dan beberapa amalan zikir dari KH Nur Hadi.

READ  Pojok Santri#6 (Pelayan Surga)

Sebelum memeluk agama Islam, Noni’ menjalani aktivitasnya menjadi Putra Putri Altar, paduan suara gereja dan Mazmur gereja. Tugas dari putra putri altar adalah membawakan anggur dan roti Romo pada saat Ekaristi atau Misa, yang menyiapkan peralatan ibadahnya Romo. Selain itu juga menjadi mazmur gereja (kalau dalam Islam berarti qari).

Ibunda Ita sendiri sebelum menjadi mualaf juga menjabat sebagai ketua rumpun gereja setempat atau dalam Islam seperti halnya seorang Muddin atau mbah kaum. Setelah memeluk agama Islam beliau menjadi aktivis dakwah. Beliau mengisi acara pengajian di berbagai tempat.

Noni’ mengutarakan dalam wawancara, “Hal yang paling berkesan dari segi psikologi tentu saja banyak, karena sedari kecil (sebelum masuk Islam) senang mendengar orang mengaji. Bahkan kalau ada yang membahas perihal ngaji Noni’ merasa antusias.”

Dan hal yang menyedihkan menurut Noni’ ketika masuk Islam adalah ketika pertama kali mukim, tinggal di pondok, Noni’ sempat menangis karena teman-temannya sudah bisa ngaji, membaca Al-Qur’an. Sedangkan Noni’ masih pada tahap membaca Yanbu’a jilid 3 dan itu pun Noni’ sempat mengulang tujuh kali. Sebab mulut Noni’ masih dalam tahap beradaptasi dengan bacaan Al-Qur’an.”

Sebelum ustazah Ita meninggal, Noni’ memberi kabar bahwa ia lulus tes tahfiz di pondok. Dan itu menjadi salah satu kenangan terbaik Noni’ kepada almarhumah ibunda tercintanya. Selain itu, ayah kandung dari Noni’ pada bulan Agustus 2020 juga telah resmi memeluk Agama Islam. Tentu, juga menjadi kebahagiaan tersendiri bagi Noni’.

Pandangan Noni’ kepada pemuda Islam masa kini ialah karena sudah dikaruniai Islam sedari lahir, maka jangan mau kalah untuk mencari ilmu, memperdalam ajaran agama dan memperkuat aqidah.

READ  Cinta Raisa #1

Banyak pelajaran yang dapat dipetik dari kisah Noni’ dan keluarganya. Tidak boleh mudah putus asa dalam hal menuntut ilmu dan memperdalam agama. Selama nafas masih berhembus dan detak jantung masih berdegup, maka gunakan waktu sebaik mungkin.

“Rajin-rajin ibadah, walaupun berat. Dipaksa, terpaksa, lama-lama jadi terbiasa”

Salah satu motivasi yang disampaikan Noni’ dalam suatu obrolan bersama Motivator Tahfidh dan Munsyid Indonesia, ustaz Baihaqi, dalam akun Instagram @elbaihaqiarief.official

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
WeCreativez WhatsApp Support
Tim dukungan pelayanan kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanyakan apa saja kepada kami!
Hai, ada yang bisa saya bantu??