Masih Berjalan
Waktu cepat berlalu, menyelami makna yang melekat pada sanubari
satu kata beribu makna
Sebuah kebanggaan sekaligus beban yang teramat besar
Sosok yang senantiasa mengharap tambahan kebaikan
Kerelaan guru dan Tuhan semesta alam
Namun, acapkali kecemasan datang
Dapatkah kami yang disebut santri ini, keluar dari gelap menuju terang benderang?
Diantara hiruk pikuk kemajuan zaman
Menjadi pembelajar, menyelami laku kehidupan
Ya, Singgah untuk sungguh
Dalam sebuah wadah yang bernama pesantren
Di balik bilik, tersimpan tempat yang dipenuhi cahaya gemerlap
Meski sesekali redup dan langkahnya lambat
Namun, bukan alasan untuk mati dan berhenti
Ali ba’ dan tsa’
Merapal bait-bait surat cinta dari yang Maha Kuasa
Menyenandungkan syair puji dan puja
Sesekali menjadi ‘dhomir na’ yang bisa ber-I’rob rofa’, nashob ataupun jer
Mengamalkan azimat “nek ora ngaji ya mulang, nek ora mulang ya ngaji”
Mengatur cahaya yang masuk dan keluar, menjadikan sebuah moment yang tak terlupakan
Bermetamorfosa, sebelum terbang melintasi zaman
Keterbatasan menjadikan kami lebih banyak belajar sabar
Keluar dari zona nyaman, meneruskan khidmah para pendahulu yang syuhada
melawan dunia yang penuh tipudaya,
tidak terlena oleh dunia yang fana
meski langkah terjal tak terhindarkan
kami terus melangkah dengan gagah berani
demi kecintaan pada ilmu dan pengetahuan
doa para kyai dan ibunyai, juga orangtua kami yang terus menyertai
senantiasa menguatkan
Meski dalam tiap bait yang di-eja-nya tersimpan nada yang sumbang
namun, tak lelah ia berharap pada Tuhan
yang di’amini’, tak akan pernah mengecewakan
Maulaminna, 2024