Memaknai Idulfitri di Tengah Pandemi Covid-19
Tahun ini, Idulfitri berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya gara-gara munculnya wabah mematikan covid-19. Salat Idulfitri dilakukan umat muslim sebagian di masjid dan beberapa memilih di rumah. Di beberapa masjid, salat Id menggunakan prosedur pemerintah seperti wajib menggunakan masker dan mencuci tangan sebelum masuk masjid.
Setelah salat Idulfitri, tahun ini umat muslim tidak bisa melakukan kunjungan atau silaturahmi ke sanak famili seperti biasanya agar tidak menambahnya pasien covid-19.
Meski demikian, ada makna Idulfitri yang harus tetap dilaksanakan meski virus covid-19 ini masih eksis.
Idulfitri bisa dimaknai dengan berbuka puasa, secara letterlijk. Oleh karena itu, umat muslim diharamkan berpuasa di hari raya ini.
Di samping itu, fitri bermakna berbuka, kita bisa mengaplikasikan dengan membuka pintu maaf bagi saudara, teman, sanak famili, atau siapa saja yang pernah berbuat salah kepada kita, bahkan tanpa mereka meminta maaf, dan bahkan kesalahan mereka sangat fatal sekalipun, atau mungkin amarah kita terus menggebu-gebu sebab kesalahan itu. Di momen fitri ini, kita harus bisa memberi maaf kepada siapa saja dan apapun kesalahannya.
Nabi Muhammad Saw. berwasiat kepada umatnya agar tidak larut dalam amarah.
عَنْ اَبِىْ هُرَيْرَةَ رَضِىَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ اَنَّ رَجُلاً قَالَ لِلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم : اَوْصِنِيْ ! قاَلَ : لاَتَغْضَبْ ، فَرَدَّدَ مِرَارًا قَالَ : لَاتَغْضَبْ ـ رواه البخارى
Artinya kerang lebih, “Dari Abu Hurairah ra. bahwa seseorang berkata kepada Nabi Saw. “Berilah aku nasihat!” Beliau menjawab, “Jangan marah” Beliau mengulangi beberapa kali dan beliau tetap menjawab, “Jangan marah” (HR. al-Bukhari)
Dari hadis di atas, kita bisa belajar tentang betapa pentingnya meredam amarah, bahwa memafkan kesalahan orang lain itu lebih utama daripada marah kepadanya, bahwa marah itu tidak baik bagi hubungan sosial sesama manusia.
Islam kental dengan kasih sayang. Kita sering mendengar pernyataan Islam agama yang ramah, bukan marah. Benar. Bahkan dalam Al-Qur’an, Allah mengingatkan kita agar senantiasa menjaga kedamaian, saling memafkan, jangan bertengkar, dengan salah satu firman-Nya disebutkan dalam surat Ali Imran ayat 103 berikut:
وَٱعْتَصِمُوا۟ بِحَبْلِ ٱللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا۟ ۚ
“dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai….”
Selanjutnya, Idulfitri berarti kembali suci. Seluruh manusia terlahir suci. Seiring waktu, salah dan dosa diperbuatnya.
Satu bulan lamanya para umat muslim mendekatkan diri kepada Allah dengan berbagai cara ibadah. Salah satu tujuannya adalah untuk mendapatkan ampunan Allah, yang sedang terbuka lebar.
Di hari fitri ini, kita seharusnya tidak mengulang kesalahan silam. Kita harus melakukan taubat nasuha. Allah mengingatkan kita melalui Al-Qur’an surat al-Tahrim ayat 8 yang berbunyi:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ تُوبُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّـَٔاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّٰتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ يَوْمَ لَا يُخْزِى ٱللَّهُ ٱلنَّبِىَّ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مَعَهُۥ ۖ نُورُهُمْ يَسْعَىٰ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَٰنِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَآ أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَٱغْفِرْ لَنَآ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
Bila diterjemahkan, kurang lebih, “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Rabb Kami, sempurnakanlah bagi Kami cahaya Kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.“
Setelah kita sebulan penuh memohon ampunan Allah, kita akhiri dengan meminta maaf kepada sesama, atau di Indonesia dikenal dengan sebutan halal bihalal. Kita datangi rumah tetangga-tetangga, saudara-saudara, teman, sanak famili, dan orang-orang yang kita mempunyai salah kepadanya untuk meminta maaf atas segala salah. Namun, kali ini, umat muslim mengikuti anjuran pemerintah dengan mencukupkan silaturahmi lewat gaway seperti video call via WhatsApp.
Dengan begitu, kita bisa meraih makna kembali suci sebagaimana kita lahir sebagai bayi.
Terakhir, Idulfitri pasti jatuh pada hari Syawal dan sebab itu dimaknai peningkatan. K.H. Muslim Nawawi selalu berpesan kepada para santrinya usai libur panjang lebaran untuk selalu meningkatkan amaliah yang bulan Ramadan telah diperbanyak agar dilanggengkan sekaligus ditambah meski setelah Ramadan usai, seperti memperbanyak membaca Al-Qur’an di bulan setelahnya.
Dalam suatu hadis diterangkan tentang ciri-ciri orang yang beruntung. Berikut redaksi hadis yang familiar bagi umat muslim itu:
مَنْ كَانَ يَوْمُهُ خَيْرًا مِنْ اَمْسِهِ فَهُوَ رَابِحٌ وَمَنْ كَانَ يَوْمُهً مِثْلَ اَمْسِهِ فَهُوَ خَاسِرٌ وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ شَرًّا مِنْ اَمْسِهِ فَهُوَ مَلْعُوْنٌ
“Barang siapa hari ini lebih baik daripada hari kemarin maka dialah orang beruntung, barang siapa yang hari ini sama seperti hari kemarin maka dialah orang yang rugi, dan barang siapa yang hari ini lebih jelek daripada hari kemarin maka dialah orang yang dilaknat”
Bila sebulan penuh selama Ramadan banyak amaliah dikerjakan setiap hari, maka setelah Ramadan seharusnya tidak berkurang, sehingga kita termasuk ke dalam golongan orang yang dilaknat atau celaka. Justru harus ditambah.
Hadis di atas adalah hadis motivasi, yang patut kita ingat dalam memperbaiki diri dari hari ke hari.
Sebagai bentuk peningkatan, kita bisa meningkatkan puasa sunah, puasa 6 hari Syawal, misalnya. Nabi Muhammad Saw. berwasiat kepada sahabat Ali karramallahu wajhah sebagaimana disebutkan dalam kitab Wasiyah al-Musṭafa:
ياَعَلِيُّ : مَنِ اتَّبَعَ رَمَضَانَ بِسِتٍّ مِنْ شَوَّالَ كَتَبَ اللهُ لَهُ صَوْمَ الدَّهْرِ كُلِّهِ
“Siapa yang setelah puasa Ramadan melanjutkan dengan berpuasa 6 hari pada bulan Syawal, maka Allah Swt. akan mencatat untuknya (sama dengan) berpuasa setahun penuh”
Semoga makna Idulfitri tahun ini tetap bisa tercapai meski badai pandemi covid-19 masih berlangsung. Semoga keadaan segera pulih sedia kala. Jadikan wabah ini sebagai kesempatan untuk memperbaiki diri. (*IDU AHM)