Orang-orang yang Tertipu Oleh Allah
“Saya rasa memang sudah sewajarnya guru yang melecehkan Nabi Muhammad SAW itu dibunuh. Orang seperti itu sudah jelas halal darahnya!” kata Kang Fatkur begitu menggebu-gebu.
“Ya, ndak gitu juga tho. Apa ya ada, orang yang benar-benar tahu wajah Kanjeng Nabi? Kita aja ndak tahu. Apalagi dia yang non muslim. Ah, rasanya kita aja yang terlalu sentimen, sampai baper segala,” jawab Kang Bowo, menyangkal perkataan Kang Fatkur dengan logat khas Jogjanya.
“Saya rasa kedua-duanya tak bisa dibenarkan. Mereka sama-sama salah. Kedua-duanya sama-sama menyakiti manusia.” sela Kang Khoirul begitu tenang dan diplomatis sekali. Ya, Maklumlah mantan ketua OSIS semasa Aliyah yang kini aktif di organisasi BEM di kampusnya ini memang memiliki jiwa kepemimpinan yang tak dapat diragukan lagi. Selalu mengambil sikap tengah dan tak gegabah.
Sebagai orang yang gak update berita, saya hanya mangut-mangut saja. Diam menyimak mereka. Namun, sayang sekali obrolan panas itu akhirnya harus terhenti karena kedatangan Kang Amru yang membawa beberapa bungkus mie lethek.
“Ayo-ayo madang disit lah, pumpung iseh panas.” ajaknya sembari duduk lalu membuka bungkusan yang membuat perut kami girang bukan main. Tanpa dikomando, diskusi ngalor ngidul yang begitu kritis nan asyik pun berhenti berlanjut dengan santapan malam.
***
Entah kenapa hingga kini obrolan kawan-kawan saya saat ronda Minggu lalu itu masih saja terngiang dalam pikiran saya. Saya rasa, baru kali itu mereka ngobrol begitu serius dan kritis. Biasanya mereka hanya nggedebus. Hanya guyonan dan tak seserius itu. Ah, agaknya sindiran Bu Mega yang mempertanyakan sumbangsih milenial pada negara memang ampuh merubah pola pikir kawan-kawan saya. Terima kasih lhoo, Bu. Hehehe
Baru-baru ini umat muslim memang sedang geger perihal pernyataan Presiden Prancis yang menyudutkan umat Islam. Presiden Macron menyebut karikatur Nabi Muhammad sebagai kebebasan berekspresi, dan menyebut Islam sebagai agama yang tengah krisis.
Ya, jelas, pernyataan ngawurnya itu mendapat kecaman umat muslim penjuru dunia. Bahkan kini, banyak seruan untuk memboikot produk-produk dari Prancis. Mungkin kalau di Indonesia Pak Macron sudah dijebloskan ke penjara atas dasar pelecehan agama. Duh duh duh. Hati-hati dong, Pak. Makannya ingat pesannya Weird Genius: Ajining Diri Ana Ing Lathi.
Meskipun sudah banyak dikecam dunia, tapi nyatanya presiden Prancis itu tetep saja kukuh tak mau minta maaf dan tak merasa bersalah. Latar belakang pernyataan ngawurnya itu karena sebuah kasus seorang guru yang dibunuh di pinggir kota Paris, setelah menunjukkan kartun yang melecehkan Nabi Muhammad SAW kepada beberapa siswanya.
Meskipun begitu, saya tidak setuju apa yang dikatakan Kang Fatkur ataupun yang dikatakan Kang Bowo malam itu. Saya sepakat dengan Kang Khoirul. Mereka sama-sama tak bisa dibenarkan! Namun, sebagai seorang jomblosejati muslim sejati, mari kita introspeksi diri saja. Begini. Membela Islam memang baik. Namun, jika dilakukan dengan cara yang baik pula. Bukan dengan cara radikal. Apalagi sampai membunuh orang.
Banyak sekali aksi bela agama yang salah kaprah. Dalam ngaji Ihyanya Gus Ulil Abshar Abdalla mengatakan, orang-orang yang mengaku membela agama dengan cara radikal oleh Imam Ghozali dalam kitab Al-Munqiz min Ad-Dlalal disebut dengan istilah Ahlul Ghirrati Billah. Bila diterjemahkan, Ahlul Ghirrati Billah adalah orang-orang yang tertipu oleh Allah.
Untunglah istilah ini tidak ada di Indonesia. Mungkin kalau di Indonesia Imam Ghozali sudah didemo atas pelecehan agama (emang ya, orang Indonesia sukanya demo kritis sekali). Eits, tapi jangan salah paham dulu. Mari kita dalami. Maksud dari Ahlul Ghirrati Billah begini. Orang-orang yang menyangka dirinya mencintai Tuhan dan Nabinya, tapi sebenarnya dia tidak mencintai Tuhan dan Nabinya. Dia mengira mencintai Tuhan dan Nabinya tapi sebenarnya dirinya mencintai dirinya sendiri, kelompoknya, ataupun partainya.
Salah satu ciri-ciri orang yang tertipu oleh Allah adalah tidak mau mengalah, dan menganggap dirinya paling benar. Banyak orang yang mengaku membela agama, padahal ia hanya menuruti nafsu amarahnya saja. Dirinya tertipu. Dan inilah yang membuat agama Islam tergambar sebagai agama yang menyeramkan dan menakutkan hingga memunculkan Islamophobia.
Padahal banyak sekali kisah kelembutan perilaku Nabi Saw. Bahkan saat dihina. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Muslim dari Aisyah radhiallahu ‘anha berkata, “Sekelompok orang-orang Yahudi minta izin untuk bertemu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu mereka mengucapkan: Assaamu ‘alaikum (kematian bagimu).” ‘Aisyah menjawab; ‘Bal ‘alaikumus saam wa al-la’nah.’ (Justru bagi kalian kematian dan laknat)”.
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Wahai Aisyah, sesungguhnya Allah Ta’ala mencintai kelemahlembutan dalam segala urusan.” Lalu Aisyah berkata, “Tidakkah Anda mendengar ucapan mereka?” jawab beliau “Ya, aku mendengarnya, dan aku telah menjawab; wa’alaikum”
Sebagai umatnya kita hendaknya meniru Kanjeng Nabi dengan perilaku yang ramah-ramah, bukan marah-marah. Lah kalau kita marah-marah, sebenarnya niru siapa?? (Jawab sendiri aja deh). Kanjeng Nabi diutus oleh Allah SWT untuk mengajak kita menjadi manusia yang berakhlak. Dijelaskan dalam kitab Arbain Nawawi, ada sebuah hadis yang diriwayatkan dari Syaddad bin Aus radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَىْء
“Sesungguhnya Allah memerintahkan kita berbuat ihsan terhadap segala sesuatu.”
Apa itu ihsan? Jangan pura-pura lupa deh. Mari kita mutalaah lagi syair nazam Fiqih karya Simbah Nawawi Abdul Aziz.
Ihsan iku lakon bagus, tepo sliro ra kementhus
Atine ikhlas lan lurus, pengucape sarwo alus.
Nah, kita diperintahkan Allah SWT untuk berbuat ihsan kepada siapapun. Karena ihsan adalah puncaknya dari orang beragama. Dengan menerapkan ihsan dalam lini-lini kehidupan kita akan menghapus Islamophobia yang menimbulkan orang-orang membenci Islam dan melakukan pelecehan terhadap agama. Karena tak semua kekerasan akan baik bila dibalas dengan cara kekerasan apalagi dengan cara yang salah. Balaslah dengan cara baik. Untuk itu yuk, ramah-ramah, jangan marah-marah.