Tirakat Santri Merawat Bumi: Upaya Pesantren Merdeka Sampah
Isu terkait sampah tak lekang dibicarakan di berbagai kalangan, termasuk Pesantren. Tampak sangat jelas bahwasanya belakangan ini timbul banyak persoalan tak lain disebabkan oleh sampah. Guna menanggapi isu tersebut, Pesantren (baik Pengasuh maupun santri) kini diharuskan dapat lebih tangggap dan melek terhadap fenomena lingkungan tersebut. Sebagai bentuk realisasi mengenai isu sampah, Pesantren mulai menyelenggarakan pelatihan-pelatihan pengelolaan dan lain sebagainya.
Berteparan pada Jum’at (1/11), Pondok Pesantren Annur menyelenggarakan acara yang bertajuk Tirakat Santri Merawat Bumi : Cerita Perjalanan Pesantren dalm Upaya Merdeka sampah di DIY. Acara ini merupakan puncak dalam serangkaian dalam rangka meramaikan Hari Santri Nasional 2024, menyusul kegiatan yang telah terselenggara sebelumnya; kerja bakti komplek dan kampung, jalan sehat, upacara, dan bakti sosial.
Dimulai pada pukul 08.30 WIB acara dibuka oleh pembawa acara yang bertempat di Granit Komplek Al Maghfiroh. Setelah pembacaan ayat suci dan demonstran lagu kebangsaan dan hari santri, acara dilanjutkan dengan sambutan.
“Memperingati HSN bukan ajang untuk sekedar bersenang-senang, gaya-gaya an. Namun sepatutnya momen ini digunakan sebagai kiat untuk menumbuhkan jiwa santri untuk menuju santri professional, bukan amatiran. 3 hal pilar sebagai santri yakni: Ilmiah, Amaliah, dan Akhlakul Karimah, termasuk di dalamnya yakni bersikap baik terhadap lingkungan.” papar Bapak K.H Muslim Nawawi dalam sambutanya.
Adapun hadirin yang turut berpartisipasi dalam acara ini terdiri dari Kepala DLH serta anggotanya, Dinas KESRA, Lurah Pendowoharjo, Ibu Kapanewon, Pengurus Departemen Kebersihan serta perwakilan santri di setiap komplek. Perinciannya sebagai berikut; Pondok Pusat Putri : 48 santri, Pusat Putra; 6 santri, Komplek Al Maghfiroh : 39 santri, Komplek Al Khodijah : 23 santri, Komplek Nurul Huda : 18 santri.
Melansir dari perkataan Bapak Bambang Purwadi, S.H M.H selaku Kepala Dinas Lingkungan Hidup DIY, beliau sangat mengapresiasi cara kerja pengolahan sampah di Pondok Pesantren An Nur yang dinilai dapat menyelesaikan pengolahannya di wilayah masing-masing, hal ini selaras dengan Peraturan Daerah yang telah dikeluarkan oleh Gubernur DIY beberapa waktu lalu.
Sebelum digerakkan pengelolaan sampah, perharinya Pondok Pesantren Annur menghasilkan 4 Truk sampah, yang mana muatan satu truknya diperkirakan menampung sampah kurang lebih seberat 4,5 ton. Itu artinya Pondok Pesantren mulanya belum bisa menyelesaikan masalah terkait pengelolaan sampah mandiri. Namun setelah digerakkan dan ditegaskan, pengelolaan sampah di Pondok Pesantren An Nur mulai membuahkan hasil dan sudah dapat dikelola mandiri.
Selanjutnya, terdapat 3 fase sampah yakni meliputi; Hulu (Sumber), Tengah (Transporter). Hilir (TPA). Perlu diperhatikan bahwasanya seperti yang telah ditegaskan oleh Agus Muhammad Afif Khoiri bahwasanya segala potret kekompleksan yang terjadi di TPA merupakan wujud dari buruknya pengelolaan sampah di Hulu (Sumber). Berangkat dari pernyataan tersebut kiranya kita harus mulai faham dan peka terhadap sampah yang kita hasilkan sehari-hari.
Dalam kesempatan ini, Bapak Anis Sulkhan Fadhil dan Depatemen Kebersihan Komplek Al Maghfiroh turut menjadi pemateri yang memaparkan menganai kondisi pengelolaan sampah di Pondok Pesantren An Nur.
“Sampah merupakan bagian tak terpisahkan dari kita. Hal yang penting ditekankan bukan pada banyaknya sampah yang dihasilkan tapi bagaimana Langkah kecil yang dapat kita lakukan oleh individu masing-masing dalam upaya mengelola sampah.” ucap Gus Fadhil selaku Ketua UPT Asri An Nur.
Acara selesai pukul 11.30 WIB, sebelum acara ditutup terdapat pembagian doorprize oleh Pengurus Departemen Kebersihan kepada para santri yang berhasil menjawab pertanyaan yang diajukan ataupun bagi santri yang memberi masukan terhadap perkembangan pengeloaan sampah di Pondok Pesantren An Nur.
Dengan adanya acara ini, harapannya Pondok Pesantren An Nur dapat lebih baik dan menjadi contoh bagi Pesantren lainnya dalam permasalahan terkait sampah ini. Semoga Allah Memberkahi
Jurnalis : Brilyan Kesuma