Alasan Mengapa Santri Tidak Pulang Saat Liburan
Santri seringkali menghadapi dilema ketika liburan tiba. Meskipun banyak dari mereka merindukan suasana keluarga dan kampung halaman, ada beberapa alasan kuat yang membuat sebagian besar santri memilih untuk tetap tinggal di pesantren selama waktu liburan.
Dibalik keputusan ini, terdapat sejumlah alasan yang mencakup aspek spiritual, sosial, dan akademis. Nah berdasarkan pengalaman dan riset tim jurnalistik dengan metode ghibah hasanah, setidaknya nih, ada beberapa alasan mengapa santri tidak pulang.
#1. Tugas mengabdi
Mengabdi merupakan bentuk penghormatan kita terhadap orang tertentu yang kita anggap sudah berperan banyak dalam mendidik kita. Di pesantren, santri dianjurkan mengabdi dengan pengasuh agar ilmunya lebih berkah. Hal ini sebagaimana nasehat yang sering disampaikan oleh Abuya Sayyid Muhammad Alawi Al Maliki Al Hasani bahwa :
ثبات العلم بالمذاكرة، وبركته بالخدمة، ونفعه برضا الشيخ
“Melekatnya ilmu dapat di peroleh dengan cara muthola’ah, dan barokahnya dapat di peroleh dengan cara berkhidmah, sedangkan manfaatnya dapat di peroleh dengan adanya restu dari guru”
Mengabdi tentunya bukan hal yang mudah karena butuh kesiapan diri dan mental. Dalam mengabdi hal paling penting harus memulai ditanamkan dalam diri adalah rasa keikhlasan agar ilmu yang kita dapat menjadi berkah. Nah salah satu hal berat dalam mengabdi yakni saat libur pondok tiba, namun santri tidak bisa pulang dikarenakan ada tugas mengabdi. Tentunya disiplin untuk tetap mengerjakan tugas mengabdi lebih kuat daripada keinginan berkumpul dengan keluarga saat liburan.
#2. Disuruh-suruh orang tua
Biasanya santri yang nggak mau pulang saat liburan itu karena nggak mau disuruh-suruh orang tua. Mereka lebih suka menikmati waktu santai tanpa terbebani oleh tuntutan pekerjaan rumah sehari-hari seperti bersih-bersih dan memasak di rumah.
Alasan ini adalah alasan umum yang jelas tentu tidak baik. Sebab sebagai seorang anak, kita seharusnya mengerti bahwa itu adalah bentuk rasa bakti kita kepada orang tua. Jadi tidak bisa disalahkan jika orang tua sering menyuruh anaknya untuk membantu pekerjaan mereka.
#3. Terkekang di rumah
Salah satu alasan mengapa santri memilih untuk tidak pulang ke kampung halaman adalah keinginan untuk memiliki kebebasan sepenuhnya dalam mengatur diri tanpa adanya kendala dari orang tua. Jika santri tetap tinggal di pondok, mereka dapat bebas pergi ke tempat yang diinginkan, sedangkan di rumah kemungkinan untuk keluar terbatas oleh berbagai faktor seperti aturan keluarga, terbatasnya teman, tempatnya tidak aman, atau pun tugas-tugas di rumah yang harus diselesaikan.
Beberapa santri bahkan dapat melakukan perjalanan jauh, seperti ke Malioboro, Candi Prambanan, Merapi, atau bahkan melakukan ziarah ke Kudus, yang mungkin sulit terwujud jika mereka pulang ke rumah. Selain itu, tinggal di pondok juga menjamin pemasukan (uang saku) karena secara rutin menerima transferan dari orang tua, yang dapat digunakan secara bebas selama liburan untuk keperluan seperti refreshing dan belanja non-pokok.
#4.Target mengaji belum tercapai
Kabar liburan yang semakin dekat membuat santri ketar-ketir saat pencapaian mengajinya jauh dari yang ditargetkan. Santri akan merasa enggan pulang ke rumah dan memlilih untuk fokus pada target mengajinya. Mereka menghindari pulang ke rumah karena khawatir tergoda oleh berbagai godaan selama liburan, seperti asyik bermain dengan teman-teman yang kurang mendukung perkembangan ngaji, atau khilaf bermain gawainya.
Dalam upaya untuk tetap fokus pada pengembangan ngajinya, sebagian besar santri memilih untuk tinggal di pondok dan secara konsisten melanjutkan kegiatan mengaji untuk mencapai tujuan mereka. Pokoknya, pantang pulang sebelum takhtiman. Heu heu.
#5. Mahalnya biaya transportasi
Bagi santri yang berasal dari luar jawa tentunya berfikir dua kali jika ingin pulang ke rumah. Kenapa hayo? Sebab biaya yang dikeluarkan tidak sedikit. minimal 1-2 jt untuk sekali pulang.
Jadi tidak heran, jika beberapa santri lebih memilih untuk tetap tinggal di pondok daripada pulang ke rumah. Selain hemat biaya, santri yang tidak pulang juga bisa menikmati kesempatan liburan di pondok dengan lebih banyak ngaji, ngabdi, serta nongki-nongki misalnya. Beberapa santri (termasuk saya, hehehe) beranggapan bahwa hal ini jauh lebih baik karena uangnya bisa untuk jajan daripada harus menghabiskan uang yang tidak sedikit untuk pulang ke rumah.
#6. Merasa nyaman
Berada di pondok merupakan suatu kenikmatan tersendiri bagi seorang santri. Mereka bisa mengatur waktunya sendiri, jauh dari hiruk pikuk keseharian dan melakukan hal-hal yang menyenangkan dengan teman-teman. Hal sederhana itu membuat santri masuk zona nyaman dan malas untuk pulang ke rumah. Yah, namanya juga sudah nyaman kan, mau gimana lagi?
#7. Kuliah tidak libur
Siapa sih yang tidak menanti kehadiran waktu liburan pondok. Baik itu santri pelajar, santri takhasus, maupun santri mahasiswi sekali pun pasti sangat mengidam-idamkannya. Namun sayang, kalender akademik kampus seringkali berbeda dengan kalender pondok pesantren. Inilah salah satu alasan kenapa santri tidak pulang ke rumah meski hari libur pondok, jelas karena KBM kuliah masih tetap masuk seperti biasanya. Saat kampus libur, pondok tidak libur. Saat pondok libur, kampus tidak libur. Apes.
Tak ayal, rasa sedih, rasa marah, rasa tidak terima akan kenyataan ini pasti ada. Tapi tetap saja meski demikian kami santri mahasiswa tidak dapat memaksakan diri untuk tetap berlibur ke rumah. Karena jika kami memaksakan diri untuk tetap pulang ke rumah maka kami harus siap menjadikan nilai sebagai taruhannya.
#8. Malas diwawancara tetangga
Umumnya santri yang sudah senior akan enggan pulang ke rumah ketika liburan. Bukan hanya karena mengabdi atau pun mengaji , namun karena malas akan diwawancarai para tetangga.
Biasanya tetangga akan mulai kepo dengan pertanyaan yang mengusik santri. Mulai dari membahas hal-hal yang akan membuat kita down seperti ditanya “mondok terus, kapan kerja?” atau “emang gak pengen punya uang sendiri” dan bisa saja pertanyaan masalah kapan nikah.
Pertanyaan itu memang remeh, namun menyebalkan sekali. Pertanyaan-pertanyaan semacam itu akan bermunculan dan berputar di benak santri sebelum liburan tiba. Harus dengan apa menjawab mereka. Dahlah mending enggak pulang aja!
Nah, itu tadi alasan mengapa santri tidak pulang ke rumah saat liburan yang kami temukan. Tentu setiap santri memiliki alasan masing-masing. Kalo alasanmu apa?
Penulis: Maryam, Zahra Alya, Syafina, Iin, Azzah Atiqoh
Relate banget min setuju banget,
selanjutnya boleh dong up batasan batasan aurat wanita ketika shalat dan mukenanya wanita hehe:)
terimakasih masukannya 🙂