Esai

Apa yang Harus Kita Lakukan Setelah Ramadhan?

Tak terasa bulan Ramadhan telah berlalu. Banyak postingan orang-orang berseliweran di media sosial mengucapkan selamat tinggal kepada bulan Ramadhan. Ada yang mengungkapkan perpisahan itu dengan senang dan legawa, ada juga yang penuh dengan kesedihan.

“Akhirnyaaaaa, Ramadhan selesai. Selamat tinggal bulan Ramadhan, semangatmu tetap menyala dalam hati yang penuh harap. Menyala Abangkuuuu!” tulis salah satu kawan  media sosial  saya.

Ada juga yang mengungkapkan persaannya dengan sedih dan penuh harap, “Selamat tinggal Ramadhan, terimakasih. Semoga kita bisa berjumpa lagi,” tentu saja diakhiri emot sedih. Dan masih banyak ungkapan lainnya yang kadang bisa membuat senyum sampai merasa ikutan sedih.

Membaca ungkapan-ungkapan perpisahan yang dibalut perasaan sedih atau senang itu membuat saya berpikir, sebenarnya apa yang harus kita lakukan setelah Ramadhan?

Untunglah pikiran itu lekas terjawab setelah mendengar ceramah Bapak K.H. Muslim Nawawi dengan tema “Apa yang Akan Kita Lakukan Setelah Ramadhan?” pada pengajian Rutinan Ahad Legi meski secara tidak langsung.

Seharusnya setiap kita memulai atau selesai melakukan sesuatu yang baik, kita seharusnya berdoa. Iya, berdoa. Dalam ceramahnya, Bapak K.H. Muslim Nawawi menyampaikan, ada 3 doa yang dapat kita amalkan setelah usainya bulan Ramadhan.

Doa pertama, yaitu terdapat dalam cerita Nabi Ibrahim yang dibantu putra beliau, Nabi Ismail, setelah selesai membangun/ merenovasi Ka’bah, beliau berdoa sebagaimana dalam Al Qur’an Surat Al Baqoroh ayat 127:

وَاِذْ يَرْفَعُ اِبْرٰهٖمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَاِسْمٰعِيْلُۗ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّاۗ اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

Dan (Ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan fondasi Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa), “Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Nabi ibrahim dan Nabi Ismail tentu saja ikhlas dalam membangun Ka’bah, dan sudah jelas bahwa amalan beliau diterima oleh Allah Swt. Meskipun begitu, Nabi Ibrahim tetap berdoa agar amalan beliau diterima dengan doa tersebut:

READ  Pesantren dan Tanggung Jawab Masalah Sampah

. رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّاۗ اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

 

Nah, terlebih manusia biasa seperti kita, yang amalannya masih bolong-bolong dan terkadang tidak ikhlas. Tentu juga harus berdoa. Maka setelah shalat doa ini harus kita baca, diselipkan di antara doa-doa kita, satu kali setiap selesai shalat.

Setelah selesai satu bulan Ramadhan, semoga Allah menerima amal-amal baik kita di bulan Ramadhan. Kita berdoa seperti doa Nabi Ibrahim, “Ya Allah, terimalah amal kami. Sesungguhnya engkau yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”

Kedua, kita berdoa semoga kita semua masih diberi kesempatan untuk menemui bulan Ramadhan kembali tahun depan.

Kita baru merasa kehilangan ketika sudah ditinggal. Kalau masih ada tentu tidak terasa bahkan disia-sia.

Seperti bapak-bapak niki, misalkan ditinggal ibu-ibu atau istrinya sehari dua hari nggeh mengkeh lagi krasa menawi ditinggal. Ya begitulah, getun iku tobone mburi, nek neng ngarep ya njlungup hahaha,” Dawuh Bapak K.H. Muslim Nawawi.

 

Kemudian doa Ketiga, setelah beribadah sebulan penuh semoga kita termasuk menjadi manusia dalam golongan sesuai hadis Nabi:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barang siapa yang puasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR Bukhori Muslim)

Manusia itu mempunyai dua jalur dosa, yakni hablum minallah dan hablum minannas . Dosa-dosa yang diampuni di bulan Ramadhan hanyalah dosa-dosa kepada Allah atau hablum minallah, sedangkan hablum minannas tentu saja belum, karena urusannya dengan manusia. Maka dari itu kita perlu meminta maaf kepada sesama manusia.

Di Indonesia terdapat tradisi halal bi halal, yang merupakan tradisi baik dan merupakan budaya kearifan lokal bangsa Indonesia. Sebab, meminta maaf adalah perkara yang sulit dan berat. Apalagi manusia memiliki sifat gengsi, terlebih orang yang merasa tua dan sebagainya. Dengan adanya halal bi halal atau syawalan setelah Ramadhan, kita tidak akan merasa malu atau gengsi kepada sesama manusia.

READ  Perguruan Tinggi Agama Tanpa Mushola

Di akhir ceramahnya, beliau menyampaikan bahwa tradisi baik selama bulan Ramadhan perlu dilestarikan setelah bulan Ramadan. Sebisa mungkin kebaikan-kebaikan dilanjutkan, meskipun kadarnya berbeda dengan bulan Ramadhan. Seperti rutin jamaah, tadarus yang bertambah, shalat sunnah witir dan sebagainya. Agar terdapat peningkatan setelah bulan Ramadhan. Bulan Ramadhan merupakan bulan latihan, dan setelahnya bagaimana kita belajar bertahan dan belajar meningkatkan kebaikan.

Setelah mendengar ceramah beliau yang saya abadikan dalam tulisan ini, tentu seharusnya kita jadi paham, apa yang seharusnya kita lakukan setelah Ramadhan. Iya kan?

 

 

*Pengajian Rutinan Ahad Legi, 14 April 2024, Oleh beliau Bapak KH. Muslim Nawawi.

 

Editor: Muhamad Ulin Nuha

Maulaminna

Santri Pondok Pesantren An Nur Komplek Khodijah. Suka membaca dan nonton drakor. Ingin lebih kenal bisa kunjungi media sosialnya.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close
Back to top button
WeCreativez WhatsApp Support
Tim dukungan pelayanan kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanyakan apa saja kepada kami!
Hai, ada yang bisa saya bantu??