Nadzom Fiqih: Kitab Fasholatan Bahasa Jawa Pegon yang Mudah Dipahami
“Waduh pak, saya solat ya sebisa saya. Orang kitabnya saja saya nggak ngerti..saya belajar solat dan lain-lain kebanyakan ya lewat ceramah di hp sama pengajian saja,”
Begitu kalimat yang saya dengar di dalam obrolan bapak dengan teman lamanya. Jawaban singkat seperti di atas mungkin sering terdengar di telinga kita, terutama di kalangan masyarakat awam yang sudah sepuh. Mereka akan merasa kesulitan jika harus mempelajari kitab-kitab fiqih tebal juga berbahasa Arab.
Atas dasar seperti inilah, naluri ketokohan Al-Maghfurlah Simbah K.H Nawawi Abdul Aziz muncul dan memberi solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Beliau membuat rangkuman fasholatan menjadi sebuah nadzom (syair) menggunakan bahasa Jawa dan menamainya dengan Nadzom Fiqih (Fasholatan Bahasa Jawa Pegon).
Simbah K.H Nawawi Abdul Aziz merupakan salah satu tokoh pemuka agama yang lahir di Purworejo, Jawa Tengah. Beliau memperistri seorang putri Ahlul Qur’an dari K.H. Moenawwir Krapyak yakni Ny. Walidah Moenawwir. Selama tinggal di Krapyak beliau bekerja sebagai hakim di daerah Bantul dan sering beristirahat di masjid Arridlo, kampung Ngrukem.
Tidak hanya sekedar istirahat, beliau juga mengajar ngaji bagi masyarakat setempat dengan tempat seadanya. Namun hebatnya, antusias dari warga desa sangat luar biasa, semua orang mengakui kealiman beliau bahkan banyak pendatang yang datang berbondong-bondong. Beliau merasa masih banyak masyarakat awam atau belum memahami agama, sehingga beliau mengarang nadzom fiqih ini dengan harapan mampu membantu masyarakat dalam melakukan praktik ibadah.
Nadzom fiqih ini menjadi materi pengajian Malem Selasanan di Masjid Arridlo, yang diselenggarakan oleh Ta’mir masjid dan diikuti oleh masyarakat Ngrukem dan sekitarnya. Bait-bait nadzom yang tersusun biasanya dilantukan sebelum pengajian dimulai menggunakan nada yang khas. Pengajian ini sudah diadakan sejak tahun 1965 dan masih berjalan hingga sekarang.
Di dalam nadzom fiqih ini, Al-Maghfurlah Simbah K.H. Nawawi Abdul Aziz membahas 4 hal pokok kemudian terpecah menjadi 11 bab kecil. Beliau memulai pembukaannya dengan lafadz Alhamdulillah dan disambung dengan penjelasan rukun-rukun agama. Nadzom fiqih ini tergolong sangat sederhana sebab jumlah halamannya hanya 16 halaman. Walaupun demikian, nadzom ini tetap memiliki eksistensi yang tinggi sebab ditulis oleh kyai besar, disambut dengan baik oleh masyarakat, dan diterbitkan oleh salah satu pesantren tahfidz besar di pulau Jawa, yaitu Pondok Pesantren An Nur Ngrukem Bantul.
“Sepintas saya telah melihat dan membaca Nadzom Fiqih Fasholatan Bahasa Jawa yang disusun oleh K.H Nawawi Abdul Aziz, dan saya menyambut baik dan memberikan apresiasi yang tinggi atas terbitnya buku Nadzoman ini.” begitulah dawuh Habib Husain bin Anis Al Habsyi saat menanggapi nadzom ini.
Beberapa bab yang dibahas dalam nadzom ini antara lain yaitu: syarat sah dan wajib sholat, hal-hal yang membatalkan wudhu, perkara yang mewajibkan mandi, serta tayammum. Pembahasan seperti ini mungkin terkesan sangat biasa bagi sebagian orang, namun praktik yang dilakukan dalam melakukan ibadah terkadang belum sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan oleh Allah SWT di dalam kitabnya. Padahal hal-hal yang sudah biasa seperti shalat justru harus diperhatikan dengan baik. Jika shalatnya baik, maka baik pula ibadah lainnya. Solat juga merupakan amalan yang bakal dihisab pertama kali di akhirat. Oleh sebab itu, shalat yang kita laksanakan 5 kali sehari itu harus dilakukan dengan baik dan benar.
Para masyarakat setempat yang mayoritas suku Jawa tentunya sangat mudah dalam menerima kehadiran nadzom ini. Selain itu, pemaparan nadzom yang ditulis juga sangat ringkas dan padat. Masyarakat akan mudah memahami maksudnya hanya dengan membaca bait nadzom tersebut. Adapun contohnya sebagai berikut:
Wudhu iku nem wernane ∞ Siji niyat ing atine
Loro masuhi rahine ∞ ping telu basuh tangane
Karo tumeko sikute ∞ Ping papat ngusap sirahe
Ping limo masuh sikile ∞ Karo nem tertib lakone
Selain mudah dilantunkan, nadzom fiqih juga mudah dihafalkan karena memiliki rima akhir yang sama dalam setiap akhir baitnya. Secara keseluruhan, nadzom fiqih karya Al-Maghfurlah K.H Nawawi Abdul Aziz ini sangat mudah untuk dimengerti, sebab bahasa yang digunakan ialah Jawa pegon (tulisan jawa yang di Arab-kan) dan jawa latin bagi yang tidak bisa membaca Arab pegon.
Semoga dengan nadzom fiqih ini, bisa menjadi lantaran amal jariyah bagi pengarangnya. Semoga Allah SWT melipat gandakan pahalanya, diampuni segala kesalahan, serta mendapatkan tempat yang terbaik di sisi-Nya. Aamiin.