Cerita Mini Santri 3

Join Rokok bareng Mbah Wahab
Malam itu pesantren sudah selesai dengan hiruk pikuk kegiatannya. Lampu-lampu senthir, obor, dan segala jenis lampu sudah padam. Santri-santri yang mukim sudah pulang ke asramanya. Sedangkan santri kalong sudah pulang ke rumah.
Mbah Wahab Hasbullah, salah satu tokoh pendiri Nu duduk sendirian di depan teras mushola sambil menikmati tenangnya gelap malam.
Tak lama, tiba-tiba ada santri yang datang tanpa tahu bahwa yang sedang duduk santai sambil merokok adalah Mbah Wahab Hasbullah.
“Kang, join rokok e,” kata Kang Santri meminta pada Mbah Wahab.
Tanpa bicara, Mbah Wahab pun memberikan rokoknya agar bisa dihisap oleh Kang Santri. Kang Santri pun mengambil lalu mengisap dalam-dalam rokoknya.
Saat menghisap, ujung rokoknya menyala, membuat wajah Mbah Wahab terlihat sekilas. Kang Santri pun kaget, langsung menjatuhkan rokoknya dan langsung lari ketakutan bercampur malu.
“Hee Kang! jare join rokok, malah melayu.” Kata Mbah Wahab malah heran.
Nb: Diceritakan oleh Gus Baha saat kajiannya.
Salah Sangka di Balik Jendela
Seperti biasanya, sembari menunggu sarapan, para santri mengisi waktu dengan bercanda dan bergurau di dalam kamar. Suasana riuh mereka ternyata terdengar sampai ke ndalem.
Kebetulan, Simbah Nawawi pagi itu hendak berjalan-jalan mengitari kawasan Ngrukem. Mendengar suara riuh, beliau mendekat ke kamar santri, mungkin ingin tahu kegiatan apa yang membuat mereka begitu ramai.
Tak lama, sajian sarapan pun sudah siap. Nasi panas, sambal terong, dan lauk sederhana yang menggugah selera. Dari dalam kamar, seorang santri merasa ada sosok yang mengintip lewat jendela. Tanpa pikir panjang, ia berseru lantang,
“Nek arep melu madang, melbu, Kang! Ora malah ndelok-ndelok lewat jendelo!”
Orang itu tidak menjawab sepatah kata pun, hanya beranjak pergi. Para santri pun penasaran. Saat mereka menengok keluar, betapa terkejutnya mereka, ternyata yang dilihat tadi adalah Simbah Nawawi.
Nb: Diceritakan oleh salah satu alumni An Nur Ngrukem
Mbak-Mbak Mengejar Bayangan Idola
Setiap selesai mengaji pagi, Kang Rifqi punya kebiasan olahraga lari pagi. Sepulang dari mushola, ia akan langsung merubah penampilannya. Dari penampilan khas santri dengan baju koko, sarung, dan peci, ia akan berganti outfit bak anak gaul.
Baju koko dilepas, diganti jaket biru atau putih, warna yang sudah jadi ciri khasnya. Sarungnya berganti celana ketat, peci ditukar dengan topi, sandal diganti sepatu, dan tentu saja, headset selalu menempel di telinganya.
Kalau sudah bertransformasi begitu, penampilannya benar-benar berbeda. Badannya yang tinggi, gemuk, membuat banyak orang bilang ia mirip Mas Ndaru, vokalis NdarboyGenk.
Pagi itu, bertepatan dengan Kang Rifqi olahraga, ada mbak-mbak pondok yang sedang mengantarkan laundry. Dari kejauhan, mereka melihat sosok Kang Rifqi dengan outfit gaulnya.
Beberapa hari lalu memang baberapa artis singgah di Bantul. Salah satunya Mas Ndaru Vokalis NdarboyGenk. Karena faktor mata minus, ditambah jaraknya yang jauh, dan tak ingin kehilangan kesempatan, mereka mengejar idola mereka.
“Wahhh, ada Mas Ndarboy! Ayok kita kejar, kita ajak foto!”
Tanpa pikir panjang mereka langsung mengejar dengan motornya meski harus terseok-seok melewati jalan yang sempit. Rasa senang membayangkan bertemu idolanya mengalahkan rasa lelah.
Namun begitu jarak sudah dekat, barulah mereka sadar bahwa pria gagah yang mereka kira Mas Ndaru itu ternyata hanyalah Kang Rifqi.
Seketika wajah-wajah penuh antusias tadi berubah menjadi tawa getir bercampur malu. Mereka hanya bisa saling pandang, lalu tertawa menertawakan kekonyolan sendiri.
Sedangkan Kang Rifqi hanya bingung karena tiba-tiba dikejar mbak-mbak menggunakan motor.
*Alfatihah untuk Alm. Rifqi Farhan Zai.