Maulid Nabi Muhammad SAW

Seperti yang kita ketahui maulid Nabi Mauhammad saw adalah merayakannya seseorang akan hari kelahiran nabi Muhammad saw. Biasanya perayaan ini dilaksanakan setiap tanggal 12 Robi’ul Awwal dan banyak juga dilaksanakan bukan pada tanggal 12 robi’ul awwal, biasanya dilaksanakan bersamaan dengan Haul seorang ulama, dan acara-acara tertentu yang bukan dilaksanakan pada bulan Robi’ul awwal. Karena memang hakikatnya merayakan hari kelahiran baginda agung nabi Muhammad saw, tidak hanya pada tanggal 12 nya saja, atau bulan Robi’ul awwal saja. Boleh di tanggal dan bulan apa saja.
Kemudian biasanya timbul pertanyaan kenapa nabi Muhammad saw, yang kita peringati atau kita rayakan adalah hari kelahirannya. Berbeda dengan yang lainnya, seperti para ulama yang diperingati adalah Haulnya (setiap satu tahun). Orang yang lain juga semuanya yang ditenarkan adalah hari kewafatannya. Jawaban dari pertanyaan diatas adalah, karena kelahiran nabi Muhammad saw adalah yang menjadikan pembeda dari orang-orang selain beliau, dan kelahiran beliau menjadikan perubahan besar bagi seluruh jagad raya. Di hari kelahirannya juga terdapat banyak sekali keajaiban yang belum terjadi pada nabi-nabi sebelumnya, beliau rasulullah saw juga merupakan orang yang mulia dan merupakan nabi terakhir dan yang paling agung dari seluruh nabi dan rasul, beliau rasul saw mengungguli seluruh nabi sebelum beliau.
Maka dari itu kelahiran beliau merupakan berkah yang dirasakan bukan hanya oleh manusia saja, tapi mahluk-mahluk Allah SWT yang lain. Mereka merasakan dampak akan kelahiran rasulullah saw. Kemudian terkait pembid’ahan oleh orang-orang yang mengaku kembali ke Al-Qur’an dan Sunnah, mereka menggaungkan dengan menyebut memurnikan ajaran Islam dari perkara-perkara yang menurut mereka mempengaruhi dan tidak ada dalam ajaran Islam yang tidak sesuai dengan apa yang dilakukan oleh nabi Muhammad saw. Karena itu mereka banyak sekali menghukumi dengan seenaknya sendiri tanpa menimbang-nimbang kebaikan atau sisi positif dari berbagai amalan-amalan yang telah dilakukan oleh saudara-saudara Islam mereka. Bahkan dengan mudahnya mereka memvonis saudara-saudara Islam yang tidak sesuai dengan pandangan mereka, dengan kafir, murtad lalu menyebut mereka keluar dari agama Islam karena tidak melakukan sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits.
Sebenarnya saya mengetahui pembid’ahan-pembid’ahan itu pertama kali yang dilakukan oleh orang-orang Wahabi Saudi Arabia, yang dipelopori oleh Muhammad bin Abdul Wahab dan gololongan mereka juga maju sebab mendapat dukungan sokongan dari kerajaan Arab Saudi yang juga berafiliasi kepada Wahabi atau mengikuti ajaran Wahabi. Wahabi otak pembongkaran situs-situs Islam yang terjadi diberbagai tempat di Arab Saudi khususnya di dua kota mulia Haramain Makkah Al-Mukarromah dan Madinah Al-Munawwarah. Mereka dengan enaknya dengan gampangnya menghancurkan, merobohkan bangunan-bangunan bersejarah Islam. Mereka menganggap dengan apa yang mereka lakukan adalah mencegah dari orang-orang untuk berbuat sesuatu kemusyrikan.
Tidak hanya sampai disini khususnya dalam segi amalan-amalan dengan mudah mereka mengharamkan perayaan Maulid nabi Muhammad saw, entah atas dasar apa mereka dengan mudah membid’ahkannya. Ya allah… apa yang mereka pikirkan… Maulid yang di dalamnya adalah kebahagian orang-orang muslim akan kelahiran baginda agung nabi Muhammad saw. Mereka tidak mengetahui apa sebenarnya makna yang terdapat dalam perayaan maulid nabi. Menurut seorang ulama yang beliau pernah bermimpi bertemu dengan rasulullah saw, lalu ulama itu menanyakan kepada nabi Muhammad saw: ‘’Ya rasulullah saw, apa banyak sekali orang-orang merayakan kelahiran engkau bid’ah.? maka beliau menjawab: ‘’Man Fariha bina farihna bih’’. Kalau kita bisa merenungi kata-kata yang beliau ucapkan, maka kita akan merasa hina sekali jika dengan mulut yang kotor ini mengucapkan kata-kata yang yang menyakitkan baginda agung.
Kalau menurut saya mereka tidak mengetahui apa sebab dirayakannya maulid, apa yang dilakukan didalam perayaann maulid. Mereka hanya menitikberatkan perkumpulan tersebut yang menurut mereka di zaman nabi tidak ada acara semacam itu. Tidak ada dalil yang mengenai maulid nabi saw. Apa sebenarnya jalan pikiran mereka, mereka dengan serta-merta menilai pendapat ulama-ulama yang bersebrangan dengannya keliru dan tidak mempunyai pegangan kuat akan perayaan maulid nabi Muhammad saw.
Jika kita lebih berpikir jernih tentang hakikat maulid nabi Muhammad saw, kalau orang yang tidak bahagia pasti dia tidak akan merayakan dengan sesuatu yang tidak menjadikan bahagia. Akan tetapi jika orang itu senang akan sesuatu pasti mereka akan melakukan apa saja yang mereka bisa lakukan. Salah satunya adalah perayaan maulid nabi yang hakikatnya adalah kegembiraan kita akan lahirnya Nabi Muhammad saw.
Jika saya ceritakan apa yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia khususnya di daerah guru saya Tegal, disana jika bulan Rabi’ul awwal atau biasa mereka menyebutnya dengan bulan mulud, maka hampir setiap rt dan desa merayakan maulid. Mereka menjadikan di bulan Maulid tersebut penuh dengan jadwal-jadwal maulid. Mereka rela mengelurkan uangnya supaya acara tersebut berlangsung, lalu supaya kebarokahan acara maulid tersebut bertambah. Mereka memanggil para ulama, khususnya dari kalangan Ahlul bait nabi Muhammad saw. Walaupun dengan hal itu, mereka harus merogoh kocek dalam-dalam dengan biaya yang tak sedikit, mereka semua Ikhlas melakukan hal itu karena larut akan kebahagiaan bulan kelahiran nabi Muhmmad saw. Mereka yang punya toko, pasar, warung dan lain-lain rela menutupnya demi untuk menghormati perayaan kelahiran maulid agung Nabi Muhammad saw, menurut mereka bulan Maulid adalah lebaran kedua setelah lebaran idul fitri. Maka jangan salah ketika itu ramai sekali saat perayaan tersebut.
Kemudian biasanya setelah acara maulid nabi Muhammad saw, pasti mereka membagikan kepada para jama’ah nasi kebuli ditambah dengan daging kambing, yang merupakan makanan khas Arab, hal ini menandakan begitu besar kecintaan orang-orang yang merayakannya. Hingga mereka mau dengan bersusah payah menjadikan bagaimana caranya supaya acara ini barokah, khidmat dan bermanfa’at.
Ketika mereka merayakan perayaan tersebut tidak ada sama sekali dalam hati mereka membuat sesuatu yang melanggar syari’at agama, yang telah ditetapkan oleh Al-Qur’an dan hadits nabi. Di dalam Maulid nabi mereka membaca sejarah-sejarah nabi menjadikan supaya umatnya mengenal nabinya, bisa mengikuti akhlaq beliau yang sempurna. Seharusnya beliaulah yang dijadikan untuk diikuti dalam akhlaq dan budi pekertinya, walaupun belum mesti sepenuhnya kita bisa mengikuti akhlaq beliau secara keseluruhan. Tapi ini jangan dijadikan penghalang bagi kita untuk kita tidak mau mendengarkan sejarah beliau rasulullah saw.
Di dalam maulid juga dilantunkan sholawat yang memuji-memuji nabi Muhammad saw, jika ada yang mengatakan dari mereka bahwasannya memuji kepada nabi merupakan syirik, maka mereka telah keliru, benar-benar pikiran mereka tidak berjalan sesuai logika, habib Ali Shohib Simtuddurar pernah berkata: “walaupun sepanjang zaman ini orang-orang terus mensifati nabi dengan berbagai sifat yang menjadikan mulia, penyifatan mereka tidak akan bisa menyifati nabi dengan benar-benar muthlaq”. Pujian-pujian yang dilantunkan kepada nabi Muhammad saw, tidaklah membuat nabi serta merta mulia dengan pujian tersebut, akan tetapi pujianlah yang menjadi mulia karena memuji nabi Muhammad saw.
Mungkin seperti itu penjabarannya intinya, mereka orang-orang yang membid’ah-bid’ahkan maulid nabi tidak melihat penyebab kita merayakan maulid dan apa yang dilakukan kita ketika merayakan maulid nabi. Mereka hanya menitik beratkan dalilnya apa tidak.? Ada dizaman rasul tidak.?, mereka hanya perputar disitu yang menjadikan mereka kaku dengan pendapat-pendapat yang berbeda dengan mereka dan dengan mulutnya itu mereka menghina-hina hingga memvonis kafir.
Penulis: Muhammad Agorrul Kirom, Santri Pondok Pesantren An Nur Komplek Nurul Huda

