Lomba

Lomba Cerpen 6: SI DARYO

Lelaki 20 tahun itu terlihat meringis menahan perih saat air wudhu mengalir melewati luka-luka di beberapa bagian tubuhnya bersamaan dengan darah yang hampir membeku. Dia habis  dipukul tanpa ampun oleh beberapa warga karena dituduh mencuri lagi, Dia si Daryo begitu orang-orang menjulukinya preman kampung yang suka membuat kerusuhan. Malam itu tidak sedingin biasanya meski angin bertiup sedikit kencang, dikarenakan suara takbir kemenangan dan hiruk pikuk orang-orang yang ikut merayakannya.  Di masjid yang ia pijak kini ia gelar sajadah hijau yang didapat dari salah satu jamaah yang kasihan melihatnya, kini bajunya tidak putih lagi tapi bercampur dengan warna merah darahnya.

***

Anak laki-laki itu lari terbirit menghindari amukan warga yang sedari tadi mengejarnya, bagaimana tidak, Ia kedapatan mencuri roti 3 biji di warung dekat pasar. Kaos lusuhnya penuh keringat dan debu yang sudah lama tidak dibersihkan, sudah sedikit jauh ia berlari dan bersembunyi di gang hingga warga tak bisa menemukannya.

“apa ini?!” anak laki-laki itu menunduk mendengar seruan si Daryo yang marah karena  mendapatinya hanya menyetor 3 buah roti. “masak cuma roti? Ga ada yang lain?” matanya semakin memerah dan tak percaya dengan apa yang tengah didapatinya.

“ga ada Mas, sa…saya u…dah coba” jawabnya terbata masih dengan menunduk khawatir jika tiba-tiba ia akan babak belur di tangan si Jarwo.

“ga ada apanya Bambang?!” dilemparnya ketiga roti yang sedari tadi memang sudah remuk ditangan si Jarwo. “kowe itu copet! copet harusnya nyopet dompet yang ada duitnya, bukan malah nyuri roti!” dengan kesal Daryo menarik anak itu dan membawanya kembali ke pasar.

“tak ajarin caranya nyopet tapi ga ketahuan, kowe ikut dan perhatiin baik-baik” ujar si Daryo kepada anak itu sembari melempar putung rokok yang sedari tadi ia hisap

READ  Azka El Fauzi: Santri An Nur Juara 1 MQK DIY yang Maju Ke Tingkat Nasional

“iya Mas”

Mereka berjalan menuju kerumunan dan mulai memilih mangsa yang sekiranya mudah dikelabuhi. Dengan mudah Daryo berhasil mengambil dompet milik seorang ibu yang tengah sibuk memilih sayur untuk dibelanjakan.

***

“gak tarawih lagi kamu?” tanya Daryo kepada pedagang bakso yang biasa mangkal di dekat masjid.

“enggak Mas  nanti ga ada yang jagain, dagangan sekarang juga lagi sepi. Mana sehari lagi lebaran Mas, kasihan keluargaku ga ada duit”

“yaudah tak beli semangkok, koyo biasanya” sembari melempar uang sepuluh ribu hasil Ia mencopet.

“uang halal ga ini mas?”tanya pedagang itu sedikit khawatir.

“tau apa kowe soal uang halal, sholat aja enggak, dagang juga masih takut ga laku. Mana ada duit berlebel halal, gunamu disini itu buat nunggu pembeli to, ya aku ini pembeli.”

“iya Mas, sepurane” dengan takut pedagang bakso itu mulai membuatkan satu pesanan untuknya.

Tak lama tarawih di masjid pun telah selesai, banyak jamaah yang keluar untuk kembali ke rumah masing-masing, tak sedikit juga anak-anak kecil yang memilih tinggal di halaman masjid untuk menyalakan petasan. Seperti sedang menunggu seseorang, Daryo terlihat celingukan mencari seseorang.

Gadis berjilbab biru laut itu menarik perhatian Daryo sejak awal saat Ia mulai mangkal di gerobak bakso dekat masjid. Dia bernama Pratiwi putri dari imam masjid tersebut, pawakannya tak terlalu tinggi tapi kecantikannya mampu membuat orang kagum. Dibiarkannya berlalu gadis itu oleh Daryo, mengaguminya lewat diam adalah hal yang cukup baginya  yang hanya seorang preman tak memiliki pendidikan agama.

“Mas, dari kemaren cuma lihat dari jauh terus. Kapan deketinnya?” sembari menyerahkan semangkuk bakso yang tak terlalu pedas, pedagang itu mulai mengajak Daryo berbincang kembali.

READ  The Umbrella

“aku juga sadar diri, aku ini siapa.” Ujarnya dilanjutkan dengan melahap bakso yang masih panas itu.

“orang bisa berubah Mas kalo kita mau” kalimat terakhir sebelum pedagang itu melayani pembeli yang baru saja datang. Daryo tak menggubris malah semakin lahap memakan bakso ditangannya.

***

Suara takbir kemenangan berkumandang disambut bahagia oleh seluruh umat muslim di dunia, malam itu setelah ditetapkan bahwa esok adalah hari raya warga berbondong-bondong untuk menyiapkan makanan di ruang tamu mereka masing-masing. Tidak berbeda jauh dengan Daryo, laki-laki itu mengganti pakaian yang ia kenakan dengan koko putih yang sudah lama tergeletak di lemari pakaiannya, peci hitam yang sedikit memudar, serta sarung kotak-kotak coklat tinggalan almarhum bapaknya.

“Mas Daryo! Mas Daryo!” Bambang anak laki-laki itu terengah menghampiri Daryo di depan rumahnya yang lusuh saat Ia akan melangkah keluar.

“kenapa kowe mbang?”

“aku udah bisa nyopet Mas, nggak ketahuan” dengan bangga anak itu memperlihatkan dompet yang Ia dapatkan.

Daryo terdiam tak bisa berkata, dan mulai menyebut nama Allah berkali-kali untuk memohon ampunan.

“Ya Allah mohon ampun karena telah mendidiknya dengan hal yang buruk” rintihnya dalam doa.

Tak lama segerombolan warga menghampiri rumahnya dengan penuh amarah siap untuk menghantam Daryo dan Bambang.

“hei Daryo! Lebaran masih nyopet aja ya, nggak tau apa gimana susahnya kita cari duit malah seenaknya nyopet!” seru salah satu warga. Tanpa ampun warga mulai memukuli Daryo yang dengan susah payah melindungi Bambang meski sudah babak belur.

***

Banyak jamaah yang sudah mengelilingi Daryo yang tak kunjung bangun dari sujudnya, tak sedikit pula mereka berbisik dan menceletuk bahwa Ia sudah meninggal. Tak ada yang berani menyentuh jasadnya karena beberapa luka di tubuhnya dan lebih memilih menunggu pihak berwajib yang menanganinya. Malam ini tak terlalu dingin seperti biasanya, karena kemenangan bagi umat muslim yang berhasil melalui ramadhan selama sebulan penuh menjadikan hangat disetiap hembusan udara malam.

READ  Lomba Esai 4: MELAWAN COVID 19 DI BULAN SUCI RAMADAN DENGAN KUATNYA IMUN DAN IMAN

Nama: Jeonmy

Komplek: Khodijah

annurngrukem

Admin website. Pengurus Pondok Pesantren An Nur. Departemen Multimedia Bidang Informasi dan Teknologi.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
WeCreativez WhatsApp Support
Tim dukungan pelayanan kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanyakan apa saja kepada kami!
Hai, ada yang bisa saya bantu??