Ngaji Adab Mencari Ilmu
www.annurngrukem.com – Menuntut ilmu itu wajib, salah satunya untuk menghilangkan kebodohan. Sebab, manusia lahir tanpa bekal ilmu apa-apa. Dan untuk memperoleh ilmu yang berkah lagi manfaat, ada adab yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan saat menuntut ilmu, lebih-lebih ilmu yang mulia seperti ilmu agama.
Kali ini, saya akan sedikit banyak mengutip pelajaran akhlak dalam kitab “Washaya” yang dikarang oleh Syekh Muhammad Syakir. Dalam kitabnya disebutkan beberapa adab menuntut ilmu yang mulia. Berikut saya akan mencoba membahasnya.
Pertama, menuntut ilmu itu kudu sungguh-sungguh, giat, dan memaksimalkan waktu. Sebagaimana kalimat populer “barang siapa bersungguh-sungguh, pasti ia berhasil”. Di Indonesia, jenjang pendidikan mulai dari TK hingga perguruan tinggi. Seandainya tidak sungguh-sungguh dan giat, mesti hanya ijazah saja yang didapat.
Selain itu, menuntut ilmu memang harus memaksimalkan waktu. Artinya, waktu yang ada harus dijaga jangan sampai hilang sedikit pun alias dibuang sia-sia. Semua orang tahu bahwa waktu tidak bisa kembali, kecuali di dunia sinetron. Lebih-lebih, umur yang semakin menua sama artinya waktu belajar semakin sedikit.
Kedua, menelaah pelajaran sebelum masuk kelas. Seorang murid harusnya senang saat guru memberikan PR atau tugas di rumah. Seandainya bukan karena itu, mungkin saja buku tidak pernah dibuka. Dengan adanya PR ini, murid akan mengukur wawasan sejauh mana pemahanan terhadap suatu materi.
Lalu, apabila ada hal yang tidak jelas, bisa ditanyakan saat masuk kelas sebelum ganti bab atau materi. Di samping itu, belajar sebelum masuk kelas ini dapat memudahkan menerima keterangan guru. Seandainya ada materi yang sulit dipahami, tanya. Jikalau malu mau tanya langsung kepada guru, mungkin bisa tanya teman yang paham. Tak perlu gengsi bertanya.
Ketiga, ketika guru sedang menjelaskann materi, jangan berbicara atau diskusi sendiri dengan teman. Termasuk juga saat ini, jangan sampai main gadget saat masih dalam jam belajar. Seharusnya murid selalu fokus dengan mendengarkan guru, jangan sampai melukai hati guru dengan tidak memperhatikan pelajaran yang sedang berlangsung. Jikalau tidak paham dengan penjelasan yang diberikan guru, mintalah pada guru mengulangi penjelasan dengan sopan santun.
Termasuk adab yang baik, adalah gunakan suara yang kalem. Bukan malah menentang gurumu dengan suara yang keras. Sama halnya dengan berbicara dengan orang tua. Bahkan dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa tidak boleh berbicara “ah”.
Keempat, muliakanlah gurumu. Di pesantren, para santri terkenal sangat memuliakan kiainya. Contoh yang sering nampak: membalikkan alas kaki guru, menunduk saat berbicara dengan kiai, dan masih banyak lagi. Kalau dalam istilah pesantren, para santri mencari berkah dari kiai. Sehingga para santri dapat mengambil faidah dari ilmu.
Wahai anak kecilku, tatkala seorang murid keluar dari batas adab di hadapan gurunya, maka jatuhlah harga dirinya di mata gurunya dan di mata teman-temannya, ia berhak untuk memperoleh pengajaran adab dan mencegahkan pada minimnya adab.
Wahai anak kecilku, tatkala kamu tidak memuliakan gurumu di atas kemuliaanmu terhadap ayahmu, maka kamu tidak akan dapat mengambil faidah dari ilmu-ilmunya dan tidak pula dari apapun pelajaran-pelajarannya.
Wahai anak kecilku, perhiasan ilmu adalah tawadlu’ (rendah diri) dan adab. Maka barang siapa yang merendahkan diri karena Allah, maka Allah akan mengangkat derajatnya dan menjadikannya dicintai oleh para makhluk-Nya. Dan barang siapa yang sombong dan buruk adabnya maka jatuhlah ia di mata orang-orang, Allah menjadikannya dibenci oleh mereka, maka hampir saja dia tidak akan menemukan manusia yang memuliakan dan menyayanginya.
Wahai anak kecilku, tiada sesuatu yang lebih madharat (bahaya) bagi oang yang menuntut ilmu melebihi murka para guru dan ulama’.
Maka jauhilah wahai anak kecilku, jika kamu membuat marah salah seorang dari guru-gurumu atau kamu beradab buruk di depannya, karena sesungguhnya perkara paling sedikit yang dihasilkan akibat marahnya para guru adalah terhalangi dan terputus (dari berkah ilmu).
Maka terimalah wahai anak kecilku, nasihat guru kepadamu, carilah ridlo para kyaimu dan mintalah doa kepada mereka untukmu agar terbuka hatimu, barang kali Allah mengabulkan doa mereka padamu. Tatkala kamu menyendiri seorang diri, maka perbanyaklah berdoa dan memohon sepenuh hati agar Allah memberimu ilmu yang bermanfaat dan dapat mengamalkan ilmu itu. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Mendengar atas doa dan Luas Kemurahan dan Pemberian-Nya.
Wallahu a’lam bis showab,