Kunjungan IAIN Salatiga di Pondok Pesantren An Nur
www.annurngrukem.com – Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga melakukan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Pondok Pesantren An Nur Ngrukem Bantul pada Rabu (7/4). Rombongan KKL tiba di Pondok Pesantren An Nur pukul 10.00 WIB. Rombongan KKL berjumlah 21 mahasiswi dan 12 dosen.
Ibu Tri Wahyu Hidayati mengungkapkan bahwa kegiatan KKL ini rutin dilaksanakan untuk mahasiswa semester 6. Tujuan diadakan kunjungan ini antara lain adalah dalam rangka pemantapan kompetensi di bidang Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir. Adapun rombongan berasal dari Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Humaniora IAIN Salatiga.
Sampai di Pondok Pesantren An Nur, rombongan KKL baik para mahasiswi maupun dosen melakukan skrining kesehatan di Puskestren An Nur. Di masa pandemi yang masih berlanjut, ini adalah aturan wajib Tim Satgas Pondok Pesantren An Nur dalam rangka upaya pencegahan Covid-19.
Proses skrining memakan waktu cukup lama hingga lebih 1 jam. Akan tetapi, protokol ketat ini harus diterapkan dan diikuti semua orang, termasuk di pesantren. Adapun Pondok Pesantren An Nur telah memiliki GeNose, yang langsung dibeli dari Universitas Gadjah Mada (UGM).
Acara kunjungan mulai bakda Zuhur. Setelah semua rombongan KKL IAIN Salatiga selesai skrining dan dinyatakan negatif, mereka menuju asrama pusat untuk melakukan salat Zuhur. Adapun acara dilangsungkan di pendopo komplek putra pusat.
Acara dibuka oleh MC dari santri, Iqwa. Dilanjutkan dengan sambutan, yang disampaikan oleh Ketua Program Studi (Kaprodi) Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir IAIN Salatiga, Ibu Tri Wahyu Hidayati, M. Ag. Dalam sambutannya, beliau kagum kepada Pondok Pesantren An Nur karena mampu menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
“Saya kagum sama pondok An Nur, luar biasa, ternyata di sini berhasil menerapkan protokol yang begitu ketatnya. Tadi pagi jam 10 kami sampai langsung menuju Puskestren untuk skrining GeNose.”
Beliau juga mengungkapkan bahwa kunjungan ini untuk memperbanyak hubungan atau relasi dengan pondok pesantren. Sebagaimana yang kita ketahui, pondok pesantren adalah salah satu lembaga pendidikan tertua. Selain itu, pondok pesantren adalah aset pendidikan Indonesia yang telah berhasil memberikan bukti nyata dan sumbangsihnya kepada masyarakat Indonesia.
Tentu, kunjungan ini memiliki tujuan utama untuk menjalin silaturahmi antara lembaga pendidikan IAIN Salatiga dan Pondok Pesantren An Nur, terutama di bidang Al-Qur’an.
“Kami sangat terbuka jika ada santri yang hafal Al-Qur’an untuk masuk ke IAIN Salatiga. Kami ada beasiswa Tahfidz” jelas Ibu Tri.
Sebagai penutup sambutan, beliau memohon izin kepada pengasuh agar berkenan memberikan demo santri membaca Al-Qur’an dengan Qiraah Sab’ah. Sebab, di kampus para mahasiswi hanya dibekali ilmu teori saja. Sehingga dengan melihat praktik langsung tersebut, para mahasiswi akan lebih semangat dalam belajar Al-Qur’an.
Berikutnya, motivasi singkat diberikan oleh K.H. Muslim Nawawi selaku Pengasuh Pondok Pesantren An Nur. Namun, sebelum masuk banyak berbicara mengenai Al-Qur’an, beliau bercerita singkat mengenai sejarah berdirinya Pondok Pesantren An Nur ini.
Namun berbeda dengan zaman dulu, sekarang banyak orang tua mulai sadar memasukkan anaknya ke pondok. Apalagi di musim pandemi Covid-19 ini, animo orang tua memasukkan ke pondok jelas terbukti karena dunia pendidikan yang satu-satunya tetap jelan, tetap buka, adalah pondok pesantren, selainnya belajar di rumah.
Masuk ke materi tentang Al-Qur’an, K.H. Muslim Nawawi mengingatkan bahwa Almagfurlah K.H. Nawawi Abdul Aziz pernah dawuh, “Kabeh wong Islam iku wajib ngapalke Al-Qur’an”.
Maksud dawuh tersebut adalah semua umat Muslim wajib menghafalkan Al-Qur’an walau cuma surah al-Fatihah. Sebab umat Islam wajib salat. Sebab al-Fatihah dipakai dalam salat.
“Bahkan, diumpamakan dalam sebuah hadis, bahwa hati yang kosong dari Al-Qur’an ibarat rumah kosong” papar K.H. Muslim Nawawi.
Menutup motivasi, K.H. Muslim Nawawi mengungkapkan bahwa untuk menghafalkan Al-Qur’an itu tidak dibutuhkan kemampuan yang lebih, tetapi kemauan yang lebih. Setelah ada kemauan lebih, harus dilaksanakan dengan sepenuh hati agar tidak menjumpai kesulitan setengah mati.
Setelah tausiah motivasi, dilanjutkan dengan demo santri membaca Al-Qur’an dengan Qiraah Sab’ah. Dalam kesempatan ini, dibacakan oleh Ustaz Ma’ruf selaku Pengurus Bidang Tahfidzul Qur’an Pondok Pesantren An Nur. Ia membaca Surah al-Fatihah per ayat dengan perbedaan bacaan dari berbagai imam qiraat. Setelah membacakan ayat, ia juga sedikit menyematkan keterangan.
Acara terakhir adalah sesi tanya-jawab. Ada dua dosen yang memberikan respon pertanyaan: pertama terkait perbedaan bacaan dan yang kedua tentang fenomena terkini yakni orang memaknai Al-Qur’an secara radikal sehingga munculnya teroris.
Menanggapi pertanyaan tersebut, K.H. Muslim Nawawi menjelaskan dengan simpel biar mudah dicerna mahasiswi juga. Pertama, terkait perbedaan bacaan itu adalah perkara dialek. Sama halnya dengan lidah orang Indonesia, bilang “kita” dengan berbagai logat. Orang Betawi bilang “kite”, sedangkan orang Jogja “kito”. Akan tetapi itu satu makna.
“Yang kedua, belajar Al-Qur’an itu memang perlu sanad. Artinya sanadnya harus jelas sampai ke Nabi Muhammad Saw. Tidak boleh sembarangan.”
Jawaban tersebut sekaligus menjadi penutup acara. Kunjungan selesai pukul 13.30 WIB. Acara ditutup dengan doa yang dipimpin oleh K.H. Muslim Nawawi. Seluruh rombongan berfoto bersama dengan pengasuh usai acara.