Artikel

Pelajaran dari Nuzul al-Qur’an

Al-Qur’an datang membawa obor penerang bagi gemerlapnya kehidupan umat manusia, khusunya kaum muslim. Mereka yang terjebak dalam kehidupan yang hedonis dan dunia fana diselamatkan dengan Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, penutup para nabi. Al-Qur’an hadir sebagai solusi untuk memecahkan persoalan di berbagai segi kehidupan.

Kehidupan era modern ini, kebanyakan manusia resah karena jatuhnya moral manusia yang semakin hari menyesakkan dada. Tidak akan ada yang selamat selain mereka yang berpegang teguh dengan Al-Qur’an sebagai pedoman hidupnya. Al-Qur’an terkenal ali li kulli zamān wa makān sehingga dapat dijadikan pijakan dalam melangkah menghadapi perubahan zaman sampai saat ini.

Padalah Al-Qur’an diturunkan 15 abad lalu di zaman yang jauh dari teknologi mutakhir, dan ini merupakan salah satu bukti keagunan Al-Qur’an itu sendri.

Mayoritas para ulama ahli AL-Qur’an sepakat bahwa Al-Qur’an diturunkan melalui tiga tahap. Pertama, Al-Qur’an diturunkan ke Loh Mahfuz. Kedua, Al-Qur’an diturunkan dari Loh Mahfuz ke Baitul ‘Izzah. Ketiga, Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad Saw.

Tujuh belas Ramadan catatan sejarah di mana hari diturunkannya Al-Qur’an, dan diturunkan kepada manusia yang sangat mulia lagi agung kedudukannya di sisi Allah SWT. Dalam kondisi menyendiri di gua Hira Nabi Muhammad SAW didatangi malaikat Jibril dengan keadaan takut dituturkan sebuah kalimat dengan seruan membaca.

Manna al-Qaṭan menulis sebuah kitab Mabahis Fi Ulumil Quran, menjelaskan bahwa Al-Qur’an ini merupakan sebuah nama yang berasal dari kata qaraa yang artinya mengumpulkan dan menghimpun. Qira’ah merangkai huruf-huruf dan kata-kata dengan lainnya dalam ungkapan satu kata yang teratur. Itu artinya Al-Qur’an sama dengan qiro’ah sebagai bentuk masdar yangdalam ilmu gramatikal yang berarti bacaan atau cara membacanya.

READ  Ngaji Fiqh (Kitab Taqrib) Bag: 1

Al-Qur’an sebelum Allah turunkan ke bumi telah Allah tetapkan di Loh Mahfuz, seperti yang Allah jelaskan dalam QS. Al Buruj; 21-22:

بَلْ هُوَ قُرْآنٌ مَجِيدٌ فِي لَوْحٍ مَحْفُوظٍ

Artinya: “Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al-Quran yang mulia, yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh”

Ayat di atas bercerita bahwa Al-Qur’an di turunkan sekaligus ke Baitul ‘Izzah yang berada di langit dunia pada malam lailatul qadar di bulan Ramadan sebagaimana Allah jelaskan dalam Al-Qur’an pada Q.S. al-Qadar “Sesungguhnya kami menurunkan Al-Qur’an pada Lailatul Qadar”, lalu pada ayat 3 Q.S. al-Dukhan “sesungguhnya kami menurunkan Al-Qur’an pada satu malam yang diberkahi”, dan pada Q.S. al-Baqarah ayat 185 “Bulan Ramadan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an”.

Hikmah yang dapat kita ambil dari pemaran di atas adalah bahwa keotentikan Al-Qur’an ini tidak bisa diragukan lagi. Al-Qur’an turun hingga sampai kita saat ini memiliki proses panjang dari Loh Mahfuzkemudian ke Baitul ‘izzah, lalu disampaikan kepada Nabi kita Muhammad SAW hingga para sahabat, tabiin, tabiit tabiin, para ulama dan sampai pada kita saat ini.

Sebagai penghafal Al-Qur’an ini merupakan sebuah renungan terbaik untuk dijadikan pelajaran bahwa proses panjang Al-Qur’an ini merupakan sebuah bukti nyata keistimewaannya, hal ini setamsil dalam menghafal Al-Qur’an dibutuhkan proses panjang agar mendapatkan sebuah hasil yang maksimal.

Malaikat Jibril mengulang tiga kali ayat pertama yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW dengan menekan kalimat Iqra, yang berarti bacalah. Ada sesuatu yang sangat menarik untuk direnungi di sini, terutama bagi para penghafal Al-Qur’an.

Perintah bacalah sampai diulang ini merupakan bentuk penekanan dan penegasan bahwa adalah kitab yang Allah jadikan pedoman untuk umat manusia terutama umat muslim untuk digali maknanya, dihayati, dan diamalkan.

READ  Resensi Buku: Dinamisasi Pendidikan Pesantren Ala Gus Dur

Bagi para penghafal Al-Qur’an metode membaca ulang-ulang (tadarus) adalah salah satu metode sangat efektif agar Al-Qur’an selalu melakat pada hafalannya. Membaca secara bersama juga sangat penting dalam menjaga hafalan ini karena pada bacaan Iqra yang ketiga malaikat menuntun Nabi untuk melekatkan Al-Qur’an pada hati.

Hikmah berikutnya dalam peristiwa ini merupakan sebuah perunangan kita bahwa dalam mempelajari Al-Qur’an kita dituntut harus memiliki seorang guru yang menuntun bacaan kita secara talaqi atau metode sorogon. Ini sangat efektif dalam mengoreksi bacaan Al-Qur’an kita, terlebih sebagai jalur periwayatan sanad Al-Qur’an hingga sampai Rasulullah SAW. Sebagaimana dalam tradisi beragama kita.

Terakhir dalam momen Nuzulul Qur’an ini, mari sama-sama kita tingkatkan kecintaan kita terhadap Al-Qur’an yang merupakan pedoman untuk keselamatan kita dunia maupun akhirat nanti. Kita jadikan Al-Qur’an ini sebagai sahabat kita dengan selalu membacanya berulang-ulang dan di amalkan pula dalam kehidupan sehari-hari, semoga kita tergolong min alhi al-quran yang turut menjaga keotentikan Al-Qur’an hingga akhir zaman. (Jamal/Abdau)

annurngrukem

Admin website. Pengurus Pondok Pesantren An Nur. Departemen Multimedia Bidang Informasi dan Teknologi.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
WeCreativez WhatsApp Support
Tim dukungan pelayanan kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanyakan apa saja kepada kami!
Hai, ada yang bisa saya bantu??