Artikel

Amaliah Zikir dan Wirid

Zikir dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai puji-pujian kepada Allah yang diucapkan berulang-ulang. Sedangkan wirid dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dimaknai dengan kutipan-kutipan Al-Qur’an yang ditetapkan untuk dibaca dan atau zikir yang diucapkan sesudah salat. Esensi keduanya sama: mengingat Allah.

Zikir dan wirid sangat penting dilakukan umat muslim. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman dalam surat al-Ahzab ayat 41 yang berbunyi:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا

Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.

Zikir dan wirid bisa dilakukan kapan saja dan semakin banyak semakin bagus. Salah satunya, zikir dan wirid dilakukan setelah salat wajib lima waktu. Bagi kalangan santri, zikir dan wirid usai salat wajib laksana amaliah wajib. Sebab, dalam Al-Qur’an, Allah menyebutkan pentingnya berzikir melalui surat al-Baqarah ayat 152:

فَٱذْكُرُونِىٓ أَذْكُرْكُمْ وَٱشْكُرُوا۟ لِى وَلَا تَكْفُرُونِ

Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.

Saking pentingnya, ada guyon ala santri masyhur di kalangan santri yang megingatkan akan pentingnya berzikir tersebut. Dan di Pondok Pesantren An Nur, guyonan ala santri ini diaplikasikan ketika selesai melaksanakan salat wajib. Begini bunyinya:

من ليس له ورد فهو قرد

Barang siapa yang tidak memiliki wirid maka ia seperti monyet

Tingkah laku seorang muslim yang tidak memiliki zikir serupa dengan monyet. Contoh sederhana: monyet ketika selesai makan langsung pergi tanpa terima kasih kepada si pemberi makan.  Allah senantinasa melimpahkan rezeki kepada hambaNya, bahkan dalam surat al-Nahl ayat 18 disebutkan dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah niscaya kamu tidak akan berhasil menentukan jumlahnya. Nah, sudah berzikirkah hari ini?

READ  Sugesti dalam Karya

Contoh lain: monyet tidak suka dengan berlama-lama duduk dan suka lompat sana lompat sini. Tatkala seorang muslim sudah salat, ia tidak mau lama-lama, hanya mengambil bacaan wajib, dan setelah selesai salat langsung pergi tanpa zikir. Persis monyet, bukan?

Apa saja zikir dan wirid yang dibaca setelah salat wajib? Zikir dan wirid memiliki banyak versi, tergantung siapa imam yang diikuti. Namun demikian, usai salat wajib, seorang muslim mayoritas membaca zikir dan wirid berikut ini. Meskipun bilangan dan kalimatnya berbeda-beda.

Membaca istigfar 5 kali, bacaannya sebagai berikut:

اَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِىْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِاَصْحَابِ الْحُقُوْقِ عَلَيَّ وَلِجَمِيْعِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ

Serupa dengan kalimat di atas, dalam kitab Waṣiyah al-Muṣṭafa disebutkan:

يَا عَلِيُّ : مَنْ قَالَ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسَةً وَعِشْرِيْنَ مَرَّةً اَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِىْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِجَمِيْعِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ كَتَبَهُ اللهُ مِنْ اَوْلِيَائِهِ

Wahai Ali, siapa yang setiap hari membaca “astagfirullāha al-Aẓīm lī walidayya walijamīi al-Muslimīna wa al-Muslimāti wa al-Mu‘minīna wa al-Mumināti al-Ahyā‘i minhum wa al-Amwāti ” sebanyak 25 kali, maka Allah akan menetapkan orang tersebut sebagai bagian dari para kekasihNya.

Lalu membaca kalimat berikut sebanyak 3 kali:

لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِى وَيُمِيْتُ  وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Kalimat di atas senada dengan hadis riwayat Imam Ahmad di bawah ini:

حَدَّثَنَا رَوْحٌ حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ أَبِي زَائِدَةَ عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ عَنْ عَمْرِو بْنِ مَيْمُونٍ قَالَ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ عَشْرَ مَرَّاتٍ كَانَ كَمَنْ أَعْتَقَ أَرْبَعَ رِقَابٍ مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيلَ

READ  Asyiknya Ramadan Fil Ma’had di Komplek Maghfiroh

Telah menceritakan kepada kami Rauh telah menceritakan kepada kami Umar bin Abu Zaidah dari Abu Ishaq dari Amru bin Maimun berkata; barang siapa yang membaca LA ILAHA ILLALLAHU WAHDAHU LAA SYARIKA LAHU LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU WA HUWA ‘ALA KULLI SYAI’IN QADIR sebanyak sepuluh kali, maka sama seperti orang yang membebaskan empat orang budak dari keturunan Isma’il.

Setelah itu dilanjutkan dengan membaca:

اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلَامُ وَمِنْكَ السَّلَامُ وَاِلَيْكَ يَعُوْدُ السَّلَامُ فَحَيِّنَا رَبَّنَا بِالسَّلَامِ وَاَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ دَارَ السَّلَامِ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ

Sebagaimana ajaran Nabi Muhammad, yang termaktub dalam hadis riwayat Imam Turmudzi berikut ini:

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ مُوسَى حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُبَارَكِ أَخْبَرَنَا الْأَوْزَاعِيُّ حَدَّثَنِي شَدَّادٌ أَبُو عَمَّارٍ حَدَّثَنِي أَبُو أَسْمَاءَ الرَّحَبِيُّ قَالَ حَدَّثَنِي ثَوْبَانُ مَوْلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَنْصَرِفَ مِنْ صَلَاتِهِ اسْتَغْفَرَ اللَّهَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ قَالَ اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلَامُ وَمِنْكَ السَّلَامُ تَبَارَكْتَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَأَبُو عَمَّارٍ اسْمُهُ شَدَّادُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ

Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Muhammad bin Musa berkata; telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Al Mubarak berkata; telah mengabarkan kepada kami Al Auza’i berkata; telah menceritakan kepadaku Syaddad Abu ‘Ammar berkata; telah menceritakan kepadaku Abu Asma` Ar Rahabi berkata; telah menceritakan kepadaku Tsauban pelayan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ia berkata; “Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ingin berlalu (pergi) dari shalatnya beliau beristighfar tiga kali. Setelah itu beliau mengucapkan: “ALLAHUMMA ANTAS SALAAM WA MINKAS SALAAM TABAARAKTA YA DZAL JALAALI WAL IKRAAM (Ya Allah, Engkau adalah keselamatan dan dari-Mu keselamatan itu, Engkaulah pemberi berkah wahai Dzat yang mempunyai keagungan dan kemuliaan).” Ia berkata; “Hadits ini derajatnya hasan shahih. Abu ‘Ammar namanya adalah Syaddad bin Abdullah.”

Nah, tentu banyak versi zikir dan wirid selain tertulis di atas. Hal itu tidak perlu dipermasalahkan, lebih-lebih diperdebatkan. Permasalahannya adalah sudahkah terbiasa melakukan zikir dan wirid?

READ  Pelajaran dari Nuzul al-Qur'an

Mari perbanyak zikir dan wirid sebagai sarana beribadah kepada Allah demi menggapai ridaNya agar kualitas hidup semakin hari semakin meningkat baik. Amin.

___IDU AHM

IDU AHM

Santri Pondok Pesantren An Nur Ngrukem Bantul. Pekerja Teks Komersial. Baca tulisannya di rahma.id, bangkitmedia.com, dan lainnya. Anggota komunitas online Rumah Membaca Indonesia. Kontak dengannya bisa melalui

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close
Back to top button
WeCreativez WhatsApp Support
Tim dukungan pelayanan kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanyakan apa saja kepada kami!
Hai, ada yang bisa saya bantu??