Enam Wasiat KH Chudlori Abdul Aziz
www.annurngrukem.com – Bantul berduka atas kepergian salah satu ulama kharismatik yang berperan penting di berbagai lapisan masyarakat. Beliau adalah KH Chudlori Abdul Aziz, pengasuh Pondok Pesantren API Al Anwar Ngrukem Pendowoharjo Sewon Bantul. Pondok pesantren yang berjarak lebih kurang 100 meter dari Pondok Pesantren An Nur. Beliau wafat pada Sabtu (12/12) pukul 07.00 di Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul.
Selanjutnya, jenazah dimakamkan pada Sabtu (12/12) pukul 16.00. Beliau dimakamkan di lokasi makam keluarga, yang bersebelahan dengan makam penduduk Ngrukem, tepat di sebelah selatannya. Meski di tengah kondisi pandemi Covid-19, para pentakziah terus berdatangan dengan memakai masker. Juga, terdapat petugas yang selalu menyemprotkan cairan disinfektan di pintu masuk.
Ketika jenazah tiba di rumah duka, para keluarga melakukan salat jenazah di rumah duka. Begitu tamu bertambah banyak, jenazah dipindah ke pendopo yang berada di sebelah utara rumah duka. Dan tidak disangka, para pentakziah semakin membeludak di area rumah duka. Akhirnya, jenazah dibawa ke serambi Masjid Ar Ridlo Ngrukem, yang berada di sebelah selatan rumah duka. Hingga pukul 16.00, para pentakziah masih berdatangan dan menunggu jenazah diberangkatkan menuju makam.
Kini, Pondok Pesantren API Al Anwar diasuh oleh putra-putri beliau. Menurut salah satu santrinya, kepemimpinannya akan dilanjutkan oleh KH Miftahul Muna, putra pertama dari KH Chudlori Abdul Aziz dan Hj. Nuriyah. Pondok Pesantren API Al Anwar Ngrukem telah berdiri sejak 1982 silam. Adalah pondok pesantren yang unggul di bidang ilmu alat, atau yang sering disebut pondok kitab salaf.
Sebelum KH Chudlori Abdul Aziz wafat, beliau menuliskan wasiat untuk keluarga, para santri, dan para alumni Pondok Pesantren API Al Anwar Ngrukem. Beliau menulis wasiat dengan gaya Jawa Pegon. Kemudian, hasil tulisan beliau dibacakan dalam upacara pemakaman. Dalam wasiat tersebut, beliau meninggalkan enam pesan penting. Berikut enam wasiat beliau dalam versi bahasa Indonesia.
“Aku berpesan untuk seluruh anak-anakku, seluruh anak cucuku, dan santri-santri. Pertama, harus selalu mengingat Allah. Kedua, yang rukun dalam hal persaudaraan. Ketiga, dijaga iman dan Islamnya. Keempat, agar sungguh-sungguh dalam mengaji. Kelima, mujahadah dan deresan bakda Magrib perlu dilanjutkan. Keenam, jangan sampai berhenti mengaji dan mengajar. Aku doakan, semua jadi orang yang selamat, bahagia dunia dan akhirat.”
Aku pesen kanggo sekabehane anak-anakku kabeh, anak putuku kabeh lan santri-santri kabeh. (1) Kudu tansah podo ileng marang Pengeran. (2) Sing podo rukun anggone podo paseduluran. (3) Dijogo iman Islame. (4) Olehe podo ngaji sing tenanan. (5) Mujahadah lan deresan bakda Magrib podo diteruske. (6) Ojo podo leren anggone ngaji lan mulang. Tak doake kabeh podo dadi wong sing selamet bejo dunyo akhirat.
Pondok Pesantren An Nur sendiri mengirim amaliah untuk KH Chudlori Abdul Aziz. Ketika para santri mendengar kabar duka atas meninggalnya beliau, para santri mengadakan mukadaman di komplek masing-masing. Jumlah seluruh mukadaman sedikitnya mencapai 42 khataman 30 juz Al-Qur’an. Ditambah komplek Madrasah Ibtidaiyah (MI) membaca surat al-Ikhlas sejumlah 100 kali. Juga ditambah bacaan surat Yasin sebanyak 48 kali.
KH Chudlori Abdul Aziz masih memiliki hubungan keluarga dengan KH Nawawi Abdul Aziz, pendiri Pondok Pesantren An Nur Ngrukem. KH Chudlori Abdul Aziz juga menjadi salah satu tokoh masyarakat Ngrukem yang mempunyai semangat dan selalu mendorong KH Nawasi Abdul Aziz dalam mendirikan Pondok Pesantren An Nur Ngrukem pada tahun 1976 lewat. Beliau juga ikut mengelola pengajian yang diberi nama Madrasah Lailiyah Salafiyah An Nur bersama KH Nawawi Abdul Aziz pada waktu itu.
Salah satu kutipan kalam beliau yang selalu diingat para santri An Nur adalah, “Kalau sudah diberi karunia Al-Qur’an (hafal) lalu mengaji ilmu alat, kitab, dan ilmu lainnya. Niatkanlah untuk mengagungkan Al-Qur’an, karena Al-Qur’an adalah sumber dari segala ilmu”. Selain itu, KH Chudlori Abdul Aziz adalah pihak keluarga yang ditunjuk untuk membacakan wasiat KH Nawawi Abdul Aziz ketika wafat tahun 2014 lampau.
“Kabeh santri kudu ngaji, nak ora ngaji yo mulang.”
Adalah wasiat KH Nawawi Abdul Aziz kepada seluruh santri dan alumni Pondok Pesantren An Nur Ngrukem, yang dibacakan oleh KH Chudlori Abdul Aziz menjelang pemakaman. Dan wasiat tersebut kembali diingatkan lewat wasiat keenam KH Chudlori Abdul Aziz. Bahwa, santri memiliki dua pekerjaan penting; mengaji dan mengajar. Begitulah wasiat dua ulama Bantul yang mukim di Ngrukem tersebut.
Kedua ulama Ngrukem tersebut juga aktif di dunia politik. KH Nawawi pernah menjabat di kepengurusan Ranting Pendowoharjo, Dewan Syuriah, dan Dewan Mustasyar PWNU DI Yogyakarta. Sedangkan KH Chudlori memiliki jabatan Rais Syuriah, Dewan Syuro DPC PKB, Ketua KPN di Bantul, anggota DPRD DI Yogyakarta, dan masih banyak lagi. Kedua ulama Ngrukem ini sama-sama banyak berkontribusi dalam organisasi Nahdlatul Ulama.