Berita

Bedah Buku “Cosmic Intelligence”

www.annurngrukem.com —Ahad (5/11) Pondok Pesantren An Nur menyelenggarakan acara bedah buku “Cosmic Intelligence” karya Gus Farid Abbad dan Tim Pusat Studi Cosmic Intelligence. Acara ini merupakan bedah buku perdana yang berlangsung di Pondok Pesantren An Nur komplek Al-Maghfiroh.

Acara dimulai pukul 20.00 WIB yang dipandu oleh Gus Afif Khoiri, sebagai moderator, dengan Gus Farid Abbad, sebagai narasumber, serta Gus Minanullah, sebagai pembanding. Partisipan acara meliputi seluruh santri putri An-Nur Komplek Al-Maghfiroh dan juga terbuka untuk seluruh santri putri An-Nur.

Acara dimulai dengan pembacaan Al-Fatihah oleh moderator, kemudian dilanjutkan dengan perkenalan Gus Farid Abbad dan berlanjut ke sesi diskusi.

Buku “Cosmic Intelligence” karya Gus Farid Abbad dan timnya telah menjadi bestseller dengan penjualan lebih dari 500 eksemplar hingga saat ini.

Dalam bukunya, Gus Farid mengungkapkan potensi luar biasa dalam tubuh manusia yang belum banyak diketahui.

Buku ini menguraikan kekuatan semesta yang terdapat dalam tubuh manusia, termasuk 7 kecerdasan dalam setiap lapisan tubuh, berdasarkan penemuan sains terbaru. Pembaca buku ini akan terkagum-kagum dan bersyukur atas anugerah yang diberikan.

Gus Farid juga menyajikan metode untuk merasakan potensi luar biasa dalam diri sendiri, membantu pembaca menemukan jati diri dan fungsi diri mereka. Menurut Gus Farid, kunci mencari jati diri adalah mencintai apa yang kita kerjakan dan mengerjakan apa yang kita cintai. Ia juga menekankan pentingnya manusia yang telah diberi daya oleh Allah untuk memberdayakan orang lain dan alam semesta.

Dalam buku tersebut, beliau juga memaparkan mengenai power dalam berdoa kepada Allah SWT. Dalam berdoa, pikiran dan hati kita harus selaras. Ada  beberapa faktor yang dapat menghalangi terijabahnya doa yang beliau sebut racun mental, diantaranya: keraguan, iri dengki, rasa dendam, dan rasa khawatir.

READ  Pengumuman Hasil Seleksi Santri Baru

“Ketika manusia sudah mampu mengatasi racun mental pada dirinya, dia akan mampu menciptakan apa yang diinginkan.” tutur Gus Farid Abbad.

Dalam sesi diskusi, Gus Afif menjelaskan bahwa buku ini tidak hanya merupakan buku tasawuf moderen biasa, melainkan memiliki kaitan erat dengan metafisika. Ia merasa buku ini sangat menarik karena membahas berbagai aspek termasuk sains, fisika kuantum, sastra, dan sebagainya.

Sementara itu, Gus Minan memberikan pandangan bahwa bagian paling menarik dalam buku ini adalah pembahasan tentang sifat-sifat Ilahiyah. Buku ini tidak hanya memperkenalkan Tuhan, tetapi juga mengajarkan bagaimana meneladani sifat-sifat Tuhan. Gus Minan menggambarkan buku ini sebagai panduan untuk menerapkan Tauhid dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya sekadar mengenali Tuhan.

“Jadi kalo boleh pakai istilah saya sendiri, buku ini mengajarkan membumikan Tauhid. Kita selama ini selalu diajarkan untuk mengenali Tuhan. Tuhan itu Maha Adil, Maha Bijaksana, tapi cuman sampai situ saja. Namun di buku ini kita diajari bukan hanya mengenali saja, tapi juga meneladani sifat-sifat Tuhan.” kata Gus Minanullah.

Setelah diskusi berlangsung selama satu setengah jam, sesi tanya-jawab dimulai. Seorang santri putri bernama Najwa Ulayat bertanya tentang keseimbangan antara iman dan materi.

Gus Farid menjelaskan bahwa kedua hal tersebut saling terkait. Manusia terdiri dari dua aspek: jasad fisik dan ruh. Jasad membutuhkan nutrisi, begitu juga dengan ruh kita. Dalam sejarah Islam, banyak ulama menggabungkan aspek materi dan spiritual.

Sebagai contoh, Ibnu Sina, penemu pertama ilmu kedokteran, memiliki kitab Al-Qonun  Fi At-Thibb. Dia melakukan penelitian dan meramu obat, aspek yang bersifat materi. Namun, ketika dia mencapai titik tertentu, dia beribadah kepada Allah dengan shalat 2 rakaat, memohon agar pengetahuannya diberkahi oleh Allah. Di dunia ini, kita perlu bekerja secara profesional sambil mencintai ilmu, karena ilmu akan membimbing kita baik di dunia maupun di akhirat.

READ  Enam Wasiat KH Chudlori Abdul Aziz

Gus Minan menambahkan untuk menjadikan materi sebagai wasilah mencapai cita-cita akhirat.

“Jadikan materi itu sebagai kendaraan Anda untuk mencapai cita-cita akhirat. Aja ndue pikiran orang muslim gak boleh kaya, itu jangan. Kalo bisa Anda punya penghasilan yang banyak, menyekolahkan tetangga misalnya. Jadikan hal-hal materi sebagai wasilah akhirat.” kata Gus Minan menambahkan.

Acara berlangsung dengan seru dan semangat yang dilanjutkan dengan beberapa pertanyaan dari santri putri.

Dalam penutupannya, Gus Farid mengungkapkan bahwa kunci keberdayaan manusia dan pemberdayaan orang lain dapat direalisasikan melalui tiga langkah utama: pengetahuan (TAU), keinginan kuat (MAU), dan kemampuan (MAMPU).

Tahap awal melibatkan pengetahuan akan bidang yang ingin dikuasai, diikuti oleh tekad kuat untuk mencapainya. Selain mengetahui bidang yang diminati, tekad yang kuat sangat penting dalam mewujudkan impian. Langkah terakhir adalah kemampuan, yang dapat dicapai setelah melalui dua tahap sebelumnya, memungkinkan seseorang untuk mewujudkan impian yang diidamkan.

Acara berakhir pukul 22.30 WIB dan ditutup oleh moderator.

 

Penulis : Mila Rahayu dan Brilyan Kesuma Dewi (Komplek Al-Maghfiroh)

 

 

annurngrukem

Admin website. Pengurus Pondok Pesantren An Nur. Departemen Multimedia Bidang Informasi dan Teknologi.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close
Back to top button
WeCreativez WhatsApp Support
Tim dukungan pelayanan kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanyakan apa saja kepada kami!
Hai, ada yang bisa saya bantu??