Madin Al-Furqon Gelar Haflah Attasyakur dan Akhirusanah ke 4
Senin (6/3) bertepatan dengan 14 Syakban 1444 H, Madrasah Diniyah Al Furqon menggelar acara “Haflah Attasyakur dan Akhirussanah yang ke-4”. Acara dimulai pada pukul 19.30 WIB di halaman IIQ An Nur, Ngrukem, Bantul, Yogyakarta. Acara ini dihadiri oleh segenap dzuriyyah PP. An Nur, para asatiz, wali santri, serta seluruh santri.
Acara dimulai dengan pembukaan, kemudian pembacaan lalaran nazam Alfiyah Ibnu Malik oleh 138 wisudawan dan wisudawati. Dilanjutkan dengan prosesi wisuda dan pembacaan ikrar wisuda oleh 36 wisudawan dan 102 wisudawati yang telah menyelesaikan jenjang pendidikan madrasah diniyah dan lulus tes muhafadzah.
Dilanjutkan dengan pembacaan kalam ilahi, tahlil dan doa, kemudian sambutan-sambutan. Sambutan pertama disampaikan oleh H. Khoirudin selaku perwakilan wali santri. Sambutan kedua, disampaikan oleh KH. Muslim Nawawi.
Jauh sebelum madrasah formal didirikan, Madrasah Diniyah Al Furqon telah berdiri. Tujuan Almaghfurlah Simbah KH. Nawawi Abdul Aziz mendirikannya agar tidak hanya sekadar hafal Al-Qur’an saja, tetapi juga agar santri dapat memahami kitab. Diharapkan dapat memudahkan proses menghafal Al-Qur’an.
“Santri-santri meskipun basic pondok Qur’an, tetapi kitabnya juga tidak boleh ditinggalkan”. Pesan KH Muslim Nawawi.
Acara terakhir yakni mauizah hasanah sekaligus doa penutup oleh beliau Dr. KH. Reza Ahmad Zahid., L.C., M.A. atau yang familiar dengan nama Gus Reza. Beliau merupakan pengasuh Pondok Pesantren Al Mahrusiyah, Lirboyo, Kediri. Beliau datang ke An Nur bukan pertama ini, melainkan dahulu sering ikut abahnya ke An Nur.
Dalam mauidzahnya, beliau menyampaikan sebuah hadis mengenai cara berbakti kepada orang tua yang telah tiada, Ada empat cara, bahkan dalam riwayat yang lain ada lima. Pertama, mendoakan kedua orang tua, Kedua, memintakan ampun untuk kedua orang tua, Ketiga, melanjutkan perjuangan orang tua, Keempat, menyambung tali silaturahmi untuk orang tua, dan terakhir memuliakan saudara dan teman-teman kedua orang tua.
Beliau juga menyampaikan kepada wali santri dan juga santri-santri, bahwasanya syarat orang tua sukses yakni mampu mencetak anak yang saleh dan mau mendoakan orang tuanya. Ini harus berbarengan, gak boleh dipisah. Sebab, ada anak saleh tetapi tidak mendoakan orang tuanya.
Belajar selalu merasa kesusahan itu adalah sebuah kewajiban. Guz Reza teringat pesan guru beliau yakni Dr. Abdul Hamid, bahwasanya thalabul ‘ilmi itu lebih berat dari thalabul dunya, karena ilmu adalah kunci kesuksesan di dunia dan tanpa ilmu mustahil dapat menggenggam dunia.
Dalam sela-sela bercerita beliau berpesan kepada wali santri, untuk terus mendukung dan memotivasi putra-putrinya. Selalu sabar, dan bukan hanya menuntut anak terlebih menuntut pondok pesantrennya. Terakhir beliau juga menyampaikan kepada santri-santri khususnya, bahwa santri sejati adalah seseorang yang mampu mengkolaborasikan ilmu yang didapat di pondok, dengan berbagai permasalahan dan situasi masa kini.
Terakhir, acara haflah attasyakur dan akhirussanah ditutup dengan pembacaan doa. Acara selesai pada pukul 23.45 WIB. Setelah para pengasuh dan dzuriyah meninggalkan arena, para santri langsung bubar dan kembali ke komplek masing-masing untuk segera istirahat karena pagi harinya kegiatan tetap aktif seperti biasanya.