Maksiat Hati: Manusia Wajib Jauhi Ini
www.annurngrukem.com – Maksiat dapat bermakna perbuatan dosa, buruk atau tercela. Umat muslim kerap memaknai maksiat sebagai perbuatan yang melanggar perintah Allah. Di samping itu, maksiat bisa berarti perbuatan menentang, membangkang atau mendurhakai. Maka dari itu maksiat merupakan perbuatan yang wajib kita hindari.
Dalam Al-Qur’an surah an-Nisa’ ayat 14 disebutkan:
وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَتَعَدَّ حُدُودَهُ يُدْخِلْهُ نَارًا خَالِدًا فِيهَا وَلَهُ عَذَابٌ مُهِينٌ
Artinya: “Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya dan baginya siksa yang menghinakan”.
Salah satu contoh yang masuk dalam kategori maksiat adalah maksiat hati. Sebagian dari beberapa maksiat hati ialah pamer dengan perbuatan-perbuatan baik, di antaranya riya’ yang artinya beramal karena ingin dilihat oleh orang lain. Riya’ bisa meleburkan pahala, sebagaimana ‘ujub (bangga diri) terhadap ketaatannya kepada Allah. Sikap ‘ujub merupakan seseorang yang melihat bahwa ibadah tersebut muncul dari dirinya tanpa adanya fadlumminallah.
Selain itu, termasuk maksiat hati adalah ragu akan keberadaan Allah Swt, merasa aman dari azab (siksa) Allah Swt, serta putus asa dari rahmat-Nya. Maksud dari merasa aman terhadap azab Allah Swt adalah dengan melakukan perbuatan maksiat, sedangkan dia meyakini bahwa Allah Swt itu Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang akan mengampuni segala perbuatannya.
Orang-orang yang seperti itu termasuk golongan orang-orang yang merugi. Hal itu mirip dengan sikap dan perilaku orang munafik, yaitu orang-orang yang berpura-pura percaya atau setia kepada agama, padahal hatinya tidak demikian.
Kemudian putus asa dari rahmat Allah Swt. Putus asa dari rahmat Allah merupakan dosa besar. Meskipun seseorang tersebut telah melakukan perbuatan dosa, tetap tidak diperbolehkan untuk putus asa. Salah satu penyebab munculnya rasa putus asa adalah dikarenakan mempunyai sifat berprasangka buruk terhadap rahmat dan pemberian Allah Swt. Padahal di dalam Al-Qur’an, Allah Swt telah menginformasikan dengan jelas dengan melarang hamba-Nya untuk berputus asa dari rahmat-Nya.
Dalam Al-Qur’an surah Yusuf ayat 87 dijelaskan bahwa:
يَا بَنِيَّ اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِنْ يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ
Artinya: “Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”.
Dan termasuk maksiat hati di antaranya adalah sombong terhadap manusia lainnya. Terdapat banyak bentuk rasa sombong, antara lain menolak kebenaran, merendahkan atau meremehkan dan memandang bahwa dirinya lebih baik dari kebanyakan manusia. Persifatan yang demikian wajib dihindari, sebab rasa sombong akan menyakiti hati orang lain dan akan merusak fungsi hati si pelaku.
Maksiat hati yang selanjutnya adalah dengki. Sifat dengki muncul dari adanya rasa iri yang mengganggu hati. Yang dimaksud dengan hasut atau iri hati yaitu membenci nikmat yang dimiliki orang lain dan merasa berat pada nikmat tersebut, bahkan sampai ingin kenikmatan orang lain itu hilang. Sifat iri hati pada umumnya muncul karena adanya rasa kurang bersyukur terhadap apa yang sudah Allah Swt anugerahkan kepada dirinya, sehingga menginginkan apa yang menjadi nikmat orang lain.
Termasuk maksiat hati yang lainnya adalah mengungkit-ungkit sedekah atau berbuat baik di masa lampau. Padahal, perbuatan mengungkit-ungkit yang demikian dapat menggugurkan pahala dari sedekah atau berbuat baik tersebut. Dengan mengungkit kebaikan yang lalu, dapat dipastikan ketika sedang bersedekah atau berbuat baik tersebut tidak disertai rasa ikhlas di dalam hati. Maka biasakan diri menanam rasa ikhlas, agar senantiasa terjauh dari perbuatan tercela ini.
Kemudian kikir atau pelit, juga termasuk dalam kategori maksiat hati. Terlebih merasa pelit terhadap apa yang diwajibkan oleh Allah Swt, seperti bersedekah, menyantuni anak yatim dan lain sebagainya. Pada umumnya, sikap pelit atau kikir bersamaan dengan sikap sangat cinta kepada dunia (harish). Sikap inilah yang membuat manusia sangat jauh dengan Tuhannya, sebab mencintai dunia dengan sangat amat akan membuat manusia menuhankan duniawi.
Maksiat hati yang terakhir dan paling berat hukumannya adalah membenci Rasulullah Saw dan para sahabat, keluarganya (ahlul bait) dan orang-orang shaleh. Hal ini merupakan maksiat hati dengan kategori paling berat, sebab hati dari si pelaku sudah benar-benar tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa segala sesuatu yang memiliki unsur merendahkan atau menganggap remeh terhadap apa yang dimuliakan oleh Allah Swt, seperti ketaatan, kemaksiatan, Al-Qur’an, ilmu, surga ataupun neraka termasuk bagian dari maksiat hati.
Hal-hal seperti ini harus kita waspadai. Jika dirasa susah maka secara pelan kita harus berikhtiar menghindarinya. Jangan sampai kita melakukan maksiat meski kecil sekalipun. Sebaliknya, kita mestinya menghabiskan waktu untuk beribadah, berbuat baik setiap saat, setiap hari, meski kecil sekalipun. Semoga kita dijauhkan dari kemaksiatan dan dimasukkan ke dalam golongan ahli taubat dan hamba yang shaleh. Amin.
Sumber: Kitab Sullam At-Taufiq karya Syeikh Abdullah bin Husain bin Thohir bin Muhammad bin Hisyam Ba’alawy
_________
Penulis: Idzar, Komplek Nurul Huda