Mujahadah Malam Nishfu Sya’ban: Sebuah Perayaan Sederhana Penuh Makna

Malam Nishfu Sya’ban menjadi salah satu momentum yang dinantikan oleh umat Muslim di berbagai belahan dunia. Malam yang jatuh pada pertengahan bulan Sya’ban diyakini sebagai waktu yang penuh berkah dan pengampunan. Dalam perayaannya, setiap muslim memiliki cara masing-masing. Hal ini tentunya tidak serta merta menjadi problema apabila ditemukan perbedaan dalam rangka ‘menghidupkan’ malam Nishfu Sya’ban yang mana pada dasarnya semua amalan yang dilakukan pada malam ini sepakat bertujuan mengarap ridho Sang Pencipta. Begitu pula serangkaian ‘perayaan’ kecil yang diamalkan di Pondok Pesantren An-Nur Komplek Al-Maghfiroh, malam mulia ini kami rayakan dengan mujahadah yang sederhana namun sarat akan makna.
Teman-teman tentunya sudah akrab dengan kata ‘mujahadah’. Sejatinya dalam pesantren kami, mujahadah terbilang sering di praktikan bahkan menjadi rutinan (seperti Mujahadah malam Ahad Pon). Mujahadah mengandung makna berjuang melawan hawa nafsu untuk mencapai kedekatan dengan Allah. Dalam suasana yang khusyuk, para santri berkumpul di mushola pondok untuk melakukan sholat tasbih empat rakkat dilanjutkan dengan mengalunkan Q.S Yasin sebanyak tiga kali, lalu ditutup doa secara berjamaah yang dipimpin langsung oleh Ibu Nyai Hj. Luailik Muthi’ah. Memang tidak ada kemeriahan atau perayaan khusus, namun justru dalam kesederhanaan inilah terdapat kekhusyukan yang mendalam.
Spiritualitas dalam kesederhanaan Malam Nishfu Sya’ban di pesantren tidak dihiasi dengan lampu-lampu gemerlap atau acara megah. Suasana sederhana namun hening ini justru membawa ketenangan dan menghadirkan nuansa spiritual yang sakral. Ketika para santri melantunkan Yasin bersama, ada perasaan syahdu yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Bagian paling tak terlupakan yakni sesaat setelah doa bersama oleh Ibu Nyai, masing-masing santri melangitkan harapannya pada Sang Maha Kuasa. Dalam suasana seperti inilah, malam ini benar-benar terasa syahdu.
Kesederhanaan dalam mujahadah juga mengajarkan bahwa keikhlasan dalam beribadah tidak membutuhkan kemewahan. Justru, dengan suasana yang tenang dan jauh dari hiruk-pikuk dunia, seorang hamba dapat lebih fokus pada hubungan spiritual dengan Allah. Seperti yang diajarkan oleh para ulama, kualitas ibadah tidak diukur dari kemegahannya, melainkan dari keikhlasan dan kekhusyukan hati.
Pelaksanaan Mujahadah di Malam Nishfu Sya’ban mengajarkan banyak hikmah kepada para santri. Pertama, muhasabah atau introspeksi diri. Dalam kesunyian malam, setiap santri diajak untuk merenungkan dosa dan kekhilafan yang pernah dilakukan, serta memohon ampunan Allah. Kedua, mujahadah melatih kesabaran dan keikhlasan dalam beribadah tanpa mengharapkan pujian manusia. Ketiga, momentum ini menjadi sarana persiapan spiritual untuk menyambut bulan Ramadhan yang akan datang.
Terakhir, malam Nishfu Sya’ban layaknya medan pertempuran doa-doa kita, sudahkah teman-teman mengudarakan harapan terbaik kalian?
Semoga Allah senantiasa melindungi kita semua.
Amin.
Penulis : Brilyan Kesuma