Peringatan Maulid: Nabi Muhammad SAW Adalah Manusia Biasa yang Tidak Biasa
www.annurngrukem.com – Ahad (10/10) Pondok Pesantren An Nur laksanakan acara peringatan maulid Nabi Muhammad SAW. Acara berlangsung bertempat di pendopo dan mushala komplek putra pusat dan disiarkan secara langsung melalui channel Youtube AnnurngrukemTV.
Acara maulid Nabi Muhammad saw ini dihadiri oleh al-Habib Muhammad bin Hussain al-Habsyi, KH Ashim Nawawi, KH Yasin Nawawi, KH Mu’thi Nawawi, KH Muslim Nawawi, KH Nur Hadi, Agus Adib Ashim, Agus Sabiq Abqorie dan segenap zuriyah Pondok Pesantren An Nur.
Acara dimulai bakda jamaah salat Isya, para santri putra komplek pusat sudah rapi dengan pakaian putih. Adapun komplek Putri Pusat, Khodijah, Maghfiroh dan Nurul Huda mengikuti acara di komplek masing-masing secara virtual. Masing-masing komplek disiapkan layar oleh panitia agar dapat mengikuti acara secara khidmat.
Pembacaan maulid Simtudduror dibuka dan dipimpin langsung oleh al-Habib Muhammad bin Hussain al-Habsyi dan diiringi oleh tim hadroh Pondok Pesantren An Nur dari awal hingga akhir. Setelah pembacaan maulid Simtuduror, beliau memberikan tausiah.
Dalam tausiahnya, Habib Muhammad bin Hussain al-Habsyi menjelaskan bahwa Nabi Muhammad saw adalah manusia biasa, namun tidak seperti manusia pada umumnya. Nabi Muhammad ketika lahir dalam keadaan sujud dengan tangan menunjuk ke atas, sudah dalam keadaan disunat, tali pusar sudah terputus dan mata sudah menggunakan celak.
Diriwayatkan oleh Imam at-Thabrani bahwa Kanjeng Nabi SAW mengatakan, “kemuliaanku yang ditetapkan oleh Allah swt adalah aku terlahir dalam keadaan dikhitan sehingga tidak ada yang bisa melihat kemaluanku”.
Terdapat riwayat shahih yang menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW lahir pada hari Senin saat Subuh. Saat kelahiran Nabi SAW, Syafa’ (ibu dari Abdurrahman bin ‘Auf) berkata terdapat cahaya yang menyinari gedungnya orang Romawi yang berada di Syams, jaraknya sekitar 500 KM. Bahkan seluruh yang hadir dalam kelahiran Nabi Muhammad saw mendapat kemuliaan masing-masing dari Allah swt.
Ketika Nabi Muhammad saw wafat, Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Umar mendatangi Ummu Aiman yang merawat Nabi sedari kecil. Mendengar kabar bahwa Nabi SAW sudah wafat, Ummu Aiman menangis sehingga Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Umar menghiburnya. Namun Ummu Aiman tidak menangisi kepergian Nabi, melainkan menangisi bahwa teguran dari Allah swt yang dulu datang melalui Nabi Muhammad SAW sudah berakhir dengan wafatnya Kanjeng Nabi.
Syair Lam Yahtalil berisi tentang keutamaan-keutamaan yang ada pada Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Dalam syair pertama bahwa Nabi tidak pernah bermimpi basah dan menguap. Mengingat bahwa mimpi basah dan menguap adalah reflek dari setan, sedangkan Nabi SAW adalah manusia yang paling suci.
Dalam syair kedua berisi penjelasan bahwa hewan-hewan tidak pernah lari ketika Nabi SAW lewat dan tidak pernah ada lalat yang menempel pada kulit Kanjeng Nabi. Dalam suatu riwayat dari Sayyidah Aisyah, Kanjeng Nabi memiliki ayam yang mana ketika Kanjeng Nabi berjalan ayam tersebut tidak pernah lari dan justru mengikuti Kanjeng Nabi. Dalam riwayat lain dikatakan hewan yang paling cinta kepada Nabi adalah unta.
Dilanjutnya syair ketiga yang menjelaskan bahwa Kanjeng Nabi dapat melihat ke belakang tanpa menoleh sebagaimana melihat ke depan. Selain itu, tidak pernah terlihat kotoran hajat dari Kanjeng Nabi, sesuai dengan riwayat dari Ibnu Dihyah bahwa Allah SWT memerintahkan bumi menelan kotoran yang keluar dari para Nabi.
Syair keempat menjelaskan tentang hati Kanjeng Nabi tidak pernah tertidur meski matanya mengantuk dan para sahabat tidak pernah melihat bayangan Kanjeng Nabi di bawah sinar matahari. Syair ini berkaitan dengan riwayat dari Ibnu Mulaqqin bahwa Sayyidah Aisyah bertanya kepada Kanjeng Nabi yang tidur sebelum shalat Witir, lalu Nabi menjawab “Ya Aisyah, kedua mataku memang tidur, namun hatiku tidak pernah tidur”.
Riwayat Imam as-Suyuti dalam kitab Khoshoisul Qubro menjelaskan bahwa Kanjeng Nabi tidak ada bayangannya. Dijelaskan hal ini karena cahaya Nabi Muhammad lebih terang dari matahari dan bulan. Dalam riwayat lain menjelaskan bahwa Kanjeng Nabi ketika berjalan selalu dinaungi oleh awan.
Syair kelima sebagai syair terakhir menjelaskan ketika duduk maupun berjalan Nabi Muhammad tampak lebih tinggi dari para sahabat, namun tidak terlihat tinggi ekstrim dari yang lain. Syair ini sesuai dengan riwayat dari Imam az-Zarqani dalam syarah Mu’attho’ bahwa ketika Nabi duduk pundaknya lebih tinggi dari semua yang duduk.
Al-Habib Muhammad bin Hussain al-Habsyi menyampaikan sekaligus berpesan kepada para santri dan jamaah bahwa “hafalkanlah khususiyah-khususiyah ini agar engkau aman dari buruknya api, pencurian dan semua cobaan-cobaan hidup”.
Al-Habib Muhammad juga menegaskan bahwa dari sekian banyak keutamaan Kanjeng Nabi, yang perlu kita yakini adalah Kanjeng Nabi adalah manusia sempurna dan akan selalu tampak sempurna. Beliau juga berpesan bahwa hafal dan mengamalkan khususiyyah adalah suatu wasilah qabulnya hajat kita, terhindarnya kita dari bencana dan lain sebagainya.
Selain itu al-Habib Muhammad juga berpesan bahwa ketika berdoa tirulah Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad yang mana dibuka dengan hamdalah, dilanjut dengan shalawat, lalu ditengahnya diberi shalawat dan ditutup dengan shalawat. Harapannya adalah agar qabulnya doa kita melalui perantara Kanjeng Nabi Muhammad SAW. dan semakin dekat kita dengan Nabi Muhammad saw.
Wajib bersyukur bagi kita yang bisa mengkaji kehidupan Rasulullah dan rugi jika kita tidak mengkaji kehidupan Rasulullah SAW. Umat itu akan berkah selama masih ada hubungan dengan Nabi Muhammad SAW. Kalau sudah terputus dengan Nabi Muhammad SAW, maka tidak ada keberkahan baginya.
Setelah tausiahdari al-Habib Muhammad bin Hussain al-Habsyi dilanjutkan dengan pembacaan Qasidah dan ditutup dengan doa yang pimpin oleh al-Habib Muhammad bin Hussain al-Habsyi. “Seneng bisa ikut sholawatan di pondok. Ya walaupun di rumah pun sudah sering, tapi di pondok ini rasanya beda, meskipun via Youtube tapi alhamdulillah bisa ikut hurmat maulid Nabi”, tutur Juli usai acara maulid selesai.
Acara selesai pada pukul 10.00 WIB. Usai acara, seluruh santri menuju Pendopo Rusunawa untuk makan bersama dengan nampan.
Subhanallah
Allahumma Shalli ‘ala Muhammad..