Isra Mikraj: Wisata Religi dan Tasliyah bagi Rasulullah SAW
![](https://annurngrukem.com/wp-content/uploads/2021/03/WhatsApp-Image-2021-03-12-at-06.20.13.jpeg)
www.annurngrukem.com – Umat Islam pasti sudah tidak asing lagi dengan yang namanya Isra Mikraj. Isra Mikraj adalah salah satu peristiwa penting bagi umat Islam di seluruh dunia. Isra Mikraj biasanya diperingati pada 27 Rajab, pada akhir periode kenabian di Makkah sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah.
Mayoritas umat Islam merayakan Isra Mikraj dengan berselawat, mengadakan suatu kajian, maupun beribadah hingga larut malam. Hal ini dilakukan untuk memperingati di mana Rasulullah SAW mendapat perintah langsung dari Allah SWT untuk menunaikan salat 5 waktu dalam satu hari.
Kamis (11/3) Pondok Pesantren An Nur Ngrukem mengadakan acara untuk memperingati peristiwa Isra Mikraj. Acara bertempat di Aula III Komplek Pusat dan dihadiri oleh seluruh santri komplek pusat putra-putri sekaligus K.H. Muslim Nawawi selaku pengasuh Pondok Pesantren An Nur Ngrukem.
Acara dimulai tepat bakda Isya. Acara dibuka dengan Maulid al-Barzanji yang meriahkan oleh tim hadrah dari komplek pusat putra. Dengan perasaan bahagia serta semangat, seluruh santri mengikuti pembacaan Maulid al-Barzanji dengan sangat antusias.
Usai pembacaan Maulid al-Barzanji, acara diisi dengan mauizah hasanah oleh K.H. Muslim Nawawi. Dalam mauizah hasanah, K.H. Muslim Nawawi memberi pertanyaan kepada seluruh santri, ‘’Sejak kapan umat Islam diperintahkan untuk menjalankan ibadah salat?’’ Para santri ragu dalam menjawab pertanyaan beliau. Akhirnya K.H. Muslim Nawawi memaparkan jawabannya, ‘’Yakni 1445 tahun yang lalu’’.
Kemudian, beliau menjelaskan pengertian Isra, yang secara bahasa berarti perjalanan di waktu malam. Sedangkan secara istilah, Isra ialah perjalanan Rasulullah SAW dari Masjidilharam menuju Masjidilaqsa. Adapun pengertian dari Mikraj adalah perjalanan Rasulullah SAW menuju Sidratulmuntaha.
K.H. Muslim Nawawi menegaskan bahwa kita sebagai umat Islam wajib iman dan percaya terhadap peristiwa Isra Mikraj, karena sudah diperintahkan dan dijelaskan oleh Allah SWT di dalam Al-Qur’an. Modal utama untuk mempercayai kejadian Isra Mikraj adalah keimanan.
Pada zaman dahulu, banyak orang yang murtad karena adanya peristiwa ini. Hal ini dikarenakan lemahnya iman dan rasa percaya terhadap Rasulullah SAW. Ketika sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq ditanya, “Apakah kamu percaya terhadap peristiwa yang diceritakan Rasulullah SAW (Isra’ Mi’raj)?” Sahabat Abu Bakar menjawab tanpa ragu, “Apabila yang menyatakan adalah Rasulullah SAW, perjalanan yang lebih jauh dari ini pun saya tetap percaya”.
Bagi Rasulullah SAW, malam Isra Mikraj merupakan malam yang paling berkesan. K.H. Muslim Nawawi menjelaskan dengan membacakan status pada akun Facebooknya di depan para santri yang berisikan:
“Jika malam yang terindah itu adalah malam di mana bisa bertemu dengan sang kekasih, maka malam terindah bagi Rasululillah adalah malam pada saat Isra’ wal Mi’roj, sebab pada malam itu beliau mendapat kesempatan untuk bertemu langsung dengan Sang Kekasih sejatinya yaitu Allah SWT di Sidrotil Muntaha.”
Masih dalam status beliau, “Seandainya Rasulillah itu seorang pemimpin yang egois dan tidak peduli kepada nasib umatnya, barang kali beliau akan matur (meminta), “Duh Gusti, mbok injih kepareng kawulo nyuwun tetep wonteng mriki kimawon, mboten usah wangsul maleh teng bumi, sebab wonten ngarso Panjenengan saestu kulo ngraosaken ayem tentrem, eco lan sekeco“
K.H. Muslim Nawawi menjelaskan dalam statusnya, “Jika Rasulillah matur (meminta) demikian itu tentu akan dikabulkan oleh Allah dan beliau akan terus berada disisi Allah tanpa memperdulikan keadaan umatnya yang nelangsa dan merana di dunia karena ditinggal beliau.”
Beliau menutup statusnya, “Tetapi karena didorong oleh rasa welas asih (belas kasih) kepada umatnya, beliau rela turun ke bumi lagi untuk membimbing dan memberi petunjuk umatnya agar selamat dunia dan akheratnya.”
KH Muslim Nawawi membahasakan Isra Mikraj adalah wisata religi sekaligus tasliyah-nya (penghibur) bagi Rasulullah SAW. Tujuan lain daripada Isra Mikraj adalah karena pada tahun sebelumnya Rasulullah SAW mengalami tahun-tahun yang berat yang lazim disebut ‘amul huzni (tahun kesedihan).
Sebab, dalam setahun beliau ditinggal dua orang tercintanya yaitu meninggalnya paman Rasulullah SAW, yakni Abu Thalib bin Abdul Muthalib dan tidak berselang lama istri tercinta beliau Sayyidah Khodijah radhiyallahu’anha meninggal dunia.
Pada saat Abu Thalib masih hidup, tidak ada yang berani mengganggu dakwah Rasulullah SAW. Namun setelah meninggalnya Abu Thalib, banyak sekali yang mulai berani mengganggu dakwah Rasulullah SAW, bahkan ada yang hendak membunuh Rasulullah SAW.
Dari perjalanan panjang Isra Mikraj Rasulullah SAW, beliau membawa buah tangan sangat indah, tidak lain dan tidak bukan adalah salat lima waktu. Mengapa buah tangan yang dibawa Rasulullah SAW dari Sidratulmuntaha berupa salat? Karena Isra adalah perjalanan dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa dan hal yang paling berkaitan dengan masjid adalah salat.
Dari peristiwa Isra Mikraj ini, kita diingatkan agar jangan melupakan salat. Sebab proses adanya salat melalui perjalanan yang Panjang. Selain itu, salat adalah buah tangan berharga yang dibawa langsung Rasulullah SAW dari Sidratulmuntaha, yang merupakan perintah langsung dari Allah SWT. Maka dalam sebuah riwayat hadis dijelaskan bahwa salat adalah tiang agama.