Pelatihan Pengolahan Sampah: Tirakat Pesantren Merawat Bumi
Mengusahakan terciptanya bumi yang harmoni serta nyaman dihuni tak lain merupakan sebuah keharusan, terlebih kita yang hidup di dalamnya. Belakangan ini mulai banyak pergerakan yang direalisasikan untuk merawat alam. Salah satunya yakni gerakan Pesantren EMAS (Ekosistem Madani Atasi Sampah). Program ini juga siasat PWNU DIY untuk mengatasi persoalan sampah, khususnya di pesantren Yogyakarta.
Kamis, (19/9)Rabithah Ma’ahid Islamiyah – PWNU DIY melakukan gerakan tirakat pesantren menjaga bumi dengan mengadakan Pelatihan Pengolan Sampah Pesantren EMAS (Ekosistem Madani Atasi Sampah) yang berlokasi di granit Komplek Al Maghfiroh. Sedikitnya ada 28 pesantren di Yogyakarta yang turut berpartisipasi dalam pelatihan ini, termasuk di dalamnya ada; Pondok Pesantren An Nur, Pondok Pesantren Assalafiyah, Pondok Pesantren Ali Maksum, Pondok Pesantren Al-Mumtaz, dan masih banyak lagi
Acara dimulai pada pukul 09.30-117.00 WIB, para perwakilan dari berbagai pesantren diarahkan untuk mengikututi Penyampain Materi dan Review Penugasan yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya oleh Tim Pesantren EMAS.
Sebagai tambahan informasi, gerakan Pengolahan Sampah oleh Pesantren EMAS ini terencana dilaksanakann sebanyak 3 kali. Pertama diselenggarakan di Pondok Pesantren Krapyak Yayasan Ali Maksum Bantul pada tanggal 12 September 2024, Pertemuan kedua diadakan di Pondok Pesantren An Nur Komplek Al Maghfiroh, Pertemuan terkahir akan dilaksanakan satu pekan kemudian bertepatan pada Kamis 26 September 2024 dengan Pondok Pesantren Assalafiyah Mlangi sebagai tuan rumah.
Penting untuk diketahui bahwa setiap pelatihan nantinya akan diadakan penugasan untuk kemudian di review pada pertemuan setelahnya. Dalam pelatihan perdana yang diadakan di Pondok Pesantren Krapyak kuarang kebih mensosialisasikan mengenai menimbang sampah yang sekaligus menjadi bahan penugasan untuk setiap perwakilan pesantren. Hasil pelatihan pertama, seluruh perwakilan pesantren mendapat tugas untuk menimbang berat sampah yang ada di pesantrennya masing-masing. Nah, penyampaain terkait berjalan atau tidaknya penugasan tersebut dikaji pada Pelatihan Kedua di Pondok Pesantren An Nur kemarin.
Tema materi yang disampaikan pada kali kedua ini yakni mengenai “Management Resiko sampah dan bagaimana dapat mengamalkannya dalam Pesantren”. Pada kesempatan itu oleh Bapak Suhada yang berprofesi sebagai Dosen UGM telah disampaikan berbagai pengetahuan mengenai tema kita, salah satu penyampaiannya yang menarik adalah mengenai perbedaan istilah antara resiko dan masalah.
“Bedanya Resiko dan Masalah itu apa? Jika Resiko itu merupakan sesuatu yang belum terjadi dan punya potensi terjadi. Sedangkan Masalah merupakan suatu persoalan yang telah terjadi. Resiko jika dikaitkan dengan pengolahan sampah itu terbagi menjadi 3 peluang yakni; 0 (Mustahil terjadi), 0-1 (Mungkin Terjadi) dan terakhir 1 (Pasti terjadi).” Tukas Bapak Sadad yang kemudian dilanjutkan dengan menerangkan bagaimana tahapan-tahapan kedepannya untuk mengatasi resiko tersebut.
Pukul 12.30 WIB setelah Ishoma, peserta perwakilan pesantren diajak untuk melihat pengolahan sampah yang ada di Pondok Pesantren An Nur dengan menunggangi transportasi Kereta Mini yang telah disediakan pihak penyelenggara acara. Tujuan pertama adalah di melihat pengelolaan sampah di hulu di komplek Al Maghfiroh dan Nurul Huda, lalu UPT Asri yang berada di Miri, di sana disosialisasikan mengenai pemilahan sampah, penyekatan antara sampah palstik, botol, rongsok yang pada UPT Asri pula menerima taransaksi penjualan barang rongsok dari tiap-tap komplek.
Destinasi setelah UPT Asri, peserta perwakilan Pesantren diajak untuk mengunjungi tempat pengelolaan sampah residu dan organik UPT Asri An Nur. Di tempat ini disampaikan pengetahuan mengenai pengolahan sampah yang tidak dapat dijual (dirongsokan) dan yang tidak dapat di daur ulang kemabali; seperti halnya pembakaran sampah di tungku pembakaran untuk sampah-sampah seperti pembalut, plastik-plastik, dll. dipaparkan mengenai sampah residu (sampah yang sulit atau tidak dapat didaur ulang dengan mudah), Sampah residu juga bisa diartikan sebagai sampah yang tidak dibutuhkan lagi untuk didaur ulang atau dikomposkan.
Selanjutnya, peserta diajak mengunjungi komplek Attarik untuk memberi makan ternak-ternak yang ada disana dengan mengguankan sampah sisa sayuran yang merupakan dapat diolah menjadi pakan ternak.
Agenda terakhir pada pukul 17.00 WIB setelah berkeliling menggunakan Kereta Mini untuk melihat pengolahan sampah di Pondok Pesantren An Nur, para peserta perwakilan diarahkan kembali ke Komplek Al Maghfiroh untuk penutupan dan pada kesempatan itulah diampaikan terkait penugasan setiap perwakilan yang akan dibahas untuk pertemuan selanjutnya pada 26 September 2024 di Pondok Pesantren As Salafiyah. Telah disepakati penugasan yang harus dilakoni oleh tiap-tiap perwakilan pesantren adalah ‘Mengisi Form Pengelolaan Rantai Pasok’. Terakhir, masing-masing peserta perwakilan pesantren diberi buah tangan berupa tumbler.
Jurnalis : Brilyan Kesuma