Berita

Seminar Tahfiz: Cara dan Kiat-Kiat Menikmati Murajaah Al-Qur’an yang Menyenangkan

www.annurngrukem.com – Pengurus Departemen Tahfiz  melakukan kerja sama dengan Departemen Pendidikan Pondok Pesantren An Nur Bantul, mengadakan acara seminar khusus santri penghafal Al-Qur’an. Seminar diadakan pada Rabu (6/1) di aula lantai tiga komplek pusat pukul 09.00 hingga 15.00. Seminar diisi langsung oleh KH Muslim Nawawi selaku pengasuh sekaligus pengampu program Tahfiz.

Seminar mengambil judul “Cara dan Kiat-Kiat Menikmati Murajaah Al-Qur’an yang Menyenangkan”. Ada sekitar 161 santri mengikuti seminar tersebut. Kali ini, seminar hanya diperuntukkan seluruh santri tahfiz putra dan para khatimin. Sedangkan santri tahfiz putri melaksanakan kegiatan sebagaimana hari-hari biasanya.

Seminar dibagi menjadi dua sesi. Sesi pagi, KH Muslim Nawawi fokus memberikan motivasi murajaah kepada para santri tahfiz. Beliau mengawali motivasi santri dengan menjelaskan jika niat menghafal Al-Qur’an sudah sangat kuat, mau tidak mau murajaah adalah kewajiban yang melekat.

Beliau juga mengingatkan kepada para santri bahwasanya hafalan itu mudah lepas. Beliau mengutip dalil dari kitab at-Tibyan, “Sesungguhnya perumpamaan orang yang hafal Al-Qur’an adalah seperti pemilik unta yang terikat. Jika ia terus memerhatikan unta itu, maka ia dapat menahannya. Dan, jika ia melepaskannya maka ia akan segera pergi”.

KH Muslim Nawawi juga menambahkan hadis yang diriwayatkan dari Abu Musa al-Asy’ari radliyallahu ‘anhu dari Nabi SAW, beliau bersabda:

تَعَاهَدُوْا هَذَا الْقُرْآنِ فَوَالَّذِيْ نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَهُوَ أَشَدُّ تَفَلُّتًا مِنَ اْلإِبِلِ فِي عُقُلِهَا

“Peliharalah Al-Qur’an ini. Demi Zat yang nyawa Muhammad berada di tangan-Nya, sungguh Al-Qur’an lebih mudah lepas daripada unta yang lepas dari ikatannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Bagi pemula, atau bahkan yang sudah khatam 30 juz, mereka mengalami kesulitan dalam murajaah.  Sebab, banyak ayat Al-Qur’an serupa bahkan per halaman. Atau, paling tidak minimal ayat itu hampir mirip. Sehingga, mereka menganggap itu sulit. Jika tidak teliti, bisa saja bolak-balik. Makanya, terkadang semakin banyak hafalan, malah jadi semakin banyak lupa.

READ  Kunjungan 20 Pesantren se-DIY Belajar Pengelolaan Sampah di An Nur

KH Muslim Nawawi memberikan tips mengatasi hal demikian. Pertama, beliau menjelaskan bahwa cara pandang itu harus dirubah. Pengemban Al-Qur’an harus memandang ayat mirip itu sebagai salah satu bentuk kemudahan dari Allah. Contoh sederhana, ketika menghafal surat al-Rahman, para penghafal mendapatkan bonus 31 ayat karena ayatnya sama persis.

Bonus itu bisa menyingkat waktu menghafal. Dan masih banyak lagi ayat mirip. Sebab itu, pada tips kedua KH Muslim Nawawi mengajak santri untuk teliti dalam membaca Al-Qur’an. Jika mendapati ayat yang sama, harus ditandai dengan pensil. Ayat tersebut ditulis sama dengan ayat pada juz berapa menemukan kesamaan.

Untuk itu, langkah selanjutnya adalah mencari padanan ayat. Setiap kali menemukan ayat dirasa mirip, cari kemiripan itu ada di mana. Dan jangan lupa ditandai seperti tadi. Begitu seterusnya. Mulai dari juz 1 sampai selesai juz 30. Sehingga Al-Qur’annya akan banyak dihiasi coretan pensil yang bermanfaat. Sehingga hafalan Al-Qur’an bisa lancar, tidak bolak-balik.

Memasuki azan Zuhur, seminar berhenti. Dan dilanjutkan lagi pada pukul 13.30. Pada sesi kedua ini. KH Muslim Nawawi memberikan cara untuk menguasai bacaan Al-Qur’an yang berkualitas. Santri harus mampu menguasai tajwid seperti makhraj, tempat keluarnya huruf Al-Qur’an. Ini penting. Sebab, salah makhraj bisa merubah makna ayat Al-Qur’an.

“Ini namanya kuplok. Membacanya harus benar. Tidak dibaca panjang. Kalau dibaca panjang artinya berubah. Kupelook. Jadi peluk. Jauh sekali kan salahnya (?)”

Contoh sederhana yang diberikan KH Muslim Nawawi kepada para santri.

Pada sesi kedua ini, KH Muslim Nawawi fokus pada tajwid dalam membaca Al-Qur’an. Dimulai dari materi dan praktik makhraj (tempat keluar) huruf, sifat huruf, hukum mad (panjang-pendek bacaan), hingga cara waqaf dan ibtida (cara berhenti dan memulai) sesuai pedoman Imam ‘Ashim dari riwayat Imam Hafsh.

READ  Silaturrahim Habib Syech Bin Abdul Qodir Assegaf

Menurut Ma’ruf, seminar ini semakin mempertegas, bahwa hafalan itu harus sering dimurajaah karena karakternya itu mudah lepas atau lupa. Juga, menyadarkan para penghafal Al-Qur’an untuk mempelajari ilmu tajwid yang menjadi dasar dalam membaca Al-Qur’an. Sebab, bacaan Al-Qur’an tanpa memakai tajwid pasti didengarkan pun kurang mantab.

Meski seminar ini digelar secara internal, seluruh peserta tetap mematuhi protokol kesehatan Covid-19. Semua peserta wajib mengikuti seminar dengan memakai masker.

IDU AHM

Santri Pondok Pesantren An Nur Ngrukem Bantul. Pekerja Teks Komersial. Baca tulisannya di rahma.id, bangkitmedia.com, dan lainnya. Anggota komunitas online Rumah Membaca Indonesia. Kontak dengannya bisa melalui

Related Articles

One Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
WeCreativez WhatsApp Support
Tim dukungan pelayanan kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanyakan apa saja kepada kami!
Hai, ada yang bisa saya bantu??