Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW: Meneladani Kehidupannya
www.annurngrukem.com – Selasa (20/10) Pondok Pesantren An Nur gelar peringatan maulid Nabi Muhammad saw. Acara berlangsung dengan menerapkan protokol kesehatan sebagaimana mestinya. Acara ini juga dilaksanakan secara internal, hanya dihadiri zuriah Pondok Pesantren An Nur dan diikuti santri.
Acara bertempat di pendopo komplek putra pusat. Setelah jamaah salat Isya, para santri putra komplek pusat sudah rapi dengan pakaian putih. Adapun komplek cabang diperbolehkan mengikuti dengan berada di komplek masing-masing. Hal ini dilakukan demi mengurangi jumlah massa. Di masing-masing komplek disiapkan layar oleh panitia untuk andil dalam acara.
Maulid dimeriahkan oleh tim hadroh Pondok Pesantren An Nur dari awal hingga akhir. Maulid dibuka dan dipimpin langsung oleh al-Habib Muhammad bin Hussain al-Habsyi. Setelah pembacaan maulid Simtuduror, beliau memberikan mauizah hasanah. Acara ini juga disiarkan langsung di Youtube ‘annurngrukem’.
Jamaah nampak khusuk dan khidmat serta semangat mengikuti pembacaan maulid sejak awal hingga berakhir, meski para santri tidak bisa bersalaman dengan al-Habib Muhammad bin Hussain al-Habsyi. Sebelum acara, KH. Muslim Nawawi bercerita kepada para santri, “Dulu, ketika simbah masih sugeng, ayah Habib Muhammad, Habib Hussain bin Anis al-Habsyi juga pernah ke sini. Beliau itu remen, senang kalau ke An Nur. Selawat di An Nur itu tertib, semangat.”
Begitu pembacaan maulid Simtuddurar selesai, al-Habib Muhammad bin Hussain al-Habsyi memberikan mauizah hasanah. Beliau menjelaskan bahwasanya ilmu itu tidak bisa membuat kita selamat. Jika ilmu bisa memberikan keselamatan, harusnya Abu Jahal itu selamat.
“Abu Jahal itu julukannya Abul Hakam, bapak kebijaksanaan. Tetapi, karena tidak mau taat kepada Nabi Muhammad saw. tidak mengikuti Nabi saw, tidak patuh, tidak cinta Nabi saw, orang yang sepintar itu, yang awalnya gelarnya Abul Hakam kini menjadi Abu Jahal, bapak kebodohan.” jelas beliau.
Ibadah juga tidak bisa membuat kita selamat. Yang bisa membawa keselamatan hanya iman. Sedangkan iman tidak akan sempurna kecuali kita mencintai Rasulullah saw. Maka dari itu hukumnya wajib mencintai Nabi Muhammad Saw.
Cara mencintai Nabi saw itu bermacam-macam. Ada yang membaca sirah baru cinta kepada Nabi saw. Ada yang hadir maulid baru cinta kepada Nabi saw. Para ulama banyak berkarya untuk mengenalkan Nabi Muhammad saw. kepada umat muslim. Banyak yang membuat kitab tentang Nabi Muhammad saw.
“Saya kalau di luar bulan Maulid itu wajib ngaji kitab tentang Nabi Muhammad saw, di bulan Maulid itu lebih wajib lagi.” lanjutnya.
Selain itu, beliau juga menceritakan alasan Nabi Muhammad saw. hijrah memilih mengajak sahabat Abu Bakar dengan metodenya sembunyi-sembunyi. Seandainya Nabi Muhammad saw. mengajak sahabat Umar atau Hamzah, pasti nyamuk saja tidak berani nyenggol.
Akan tetapi, Nabi Muhammad saw. tidak sekadar pribadi beliau saja yang dipikirkan. Seandainya beliau hijrah terang-terangan maka kasihan iman umatnya yang lemah, dan beliau memilih sembunyi-sembunyi agar hijrah tidak dianggap wajib. Dan, jika umatnya hendak berdakwah maka tidak harus dengan metode terang-terangan.
Di momen maulid ini, lanjutnya, kita perlu memahami peran pentingnya Nabi Muhammad saw. Kita bisa memahami ayat suci Al-Qur’an. Ayat Al-Qur’an itu global, yang menjelaskan Nabi Muhammad saw. Contoh: Allah memerintahkan salat, caranya dijelaskan sendiri oleh Nabi Muhammad saw.
Nabi Muhammad saw. itu multidimensi. Pedagang bisa meniru beliau. Nabi saw. sukses sebagai seorang pedagang. Suami bisa meniru Nabi saw, karena Nabi saw sukses sebagai suami. Sebagai seorang ayah, bisa meniru Nabi saw. Pimpinan perang, Nabi saw sukses sebagai pemimpin pasukan perang. Seluruh kehidupan kita itu bisa diteladani dari Nabi Muhammad saw.
Seorang pemuda lagi baper, karena melamar ditolak. Apakah pemuda akan mengajak dukun untuk bertindak? Apakah pemuda itu bisa meniru Nabi Muhammad saw ketika lamaran ditolak? Bisa. Nabi saw pernah melamar ditolak. Nabi saw. pertama kali cintanya dengan Ummu Hani binti Abu Thalib. Nabi saw melamar ditolak karena sudah keduluan orang lain.
Akhirnya Ummu Hani menikah dan Nabi saw. menikah dengan Siti Khadijah. Begitu Nabi saw. menikah dengan Siti Khadijah, cinta nabi untuk Khadijah. Tidak pakai baper: cinta pertamaku. Tidak ada. Tidak seperti orang zaman sekarang.
Setelah itu, Ummu Hani ditinggal suaminya. Nabi datang lagi, melamar lagi. Ditolak lagi. Kata Ummu Hani, ” Ya Rasulullah saw. saya cinta sama kamu, tapi saya punya anak. Saya takut kalau saya ngurusi kamu saya tidak bisa ngurusi anak. Kalau saya ngurusi anak tidak bisa ngurusi kamu.”
Makanya cinta tetapi tidak memiliki itu ada dalilnya. Rugi jika kita tidak mengkaji kehidupan Rasulullah saw. Umat itu akan berkah selama masih ada hubungan dengan Nabi Muhammad saw. Kalau sudah terputus dengan Nabi Muhammad saw., maka tidak ada keberkahan baginya.
Patokan menilai itu iman bukan akal. Bayangkan saja kalau menilai kebenaran itu lewat akal, pasti setiap orang berbeda. Ada bos copet punya anak buat pencopet yang rajin setor, bagi bosnya pasti baik, tetapi bagi masyarakat tetap dianggap sampah masyarakat. Makanya akal tidak bisa dijadikan patokan.
“Kita harus belajar cinta Nabi Muhammad saw. karena itu kunci keselamatan dunia dan akhirat. Abu Jahal kalau sekarang hidup itu gelarnya doktor ilmu Al-Qur’an dan Hadis. Pintar. Tetapi tidak selamat, karena tidak cinta dengan Rasulullah saw.”
Jadikan motivasi belajar kita itu mahabah, cinta. Kenapa belajar Al-Qur’an? Karena cinta dengan Allah, karena cinta dengan Rasulullah saw. Kenapa belajar Bahasa Arab? Karena Bahasa Arab bahasa yang dipakai Nabi Muhammad saw.
Sebagai penutup, beliau mengutip sebuah keterangan kitab Hilyatul Auliya, dulu di zaman Nabi Musa as, ada seseorang yang bermaksiat selama 200 tahun tidak pernah libur. Ketika mati, masyarakat tidak mau mengangkat jenazahnya, bahkan jenazahnya diseret kakinya dan dilemparkan ke tempat sampah. Nabi Musa diperintah Allah untuk mensalatinya.
Nabi Musa as. bertanya kepada Allah, “Ini orang bani Israil sudah lihat semuanya. Ini orang bermaksiat selama 200 tahun, kenapa disuruh mensalati?” Lalu, Allah menjawab dalam wahyuNya, “Memang dia itu ahli maksiat. Tetapi, dia kalau bawa lembaran Taurat, dan di situ ada nama Nabi Muhammad saw, dia ambil, dia letakkan di antara kedua matanya, dan dia cium. Karena itu, Aku ampuni semua dosanya dan Aku nikahkan dengan 70 bidadari.”
Berarti sebaliknya, suul adab kepada Nabi Muhammad saw berarti kita menghancurkan diri kita sendiri. Maka kita tidak boleh suul adab kepada Nabi Muhammad Saw, dengan bahasa dan alasan apapun.
“Kalau ada orang bercanda, tapi dia suul adab kepada Nabi Muhammad Saw, sunah Nabi, atau apapun yang berkaitan dengan Nabi saw., ibarat orang terjun dari lantai 30 ke bawah badannya hancur tujuannya hanya membuat orang tertawa. Gila apa tidak itu? Jauh lebih gila.” terang al-Habib Muhammad bin Hussain al-Habsyi.