Lomba Esai 4: TINGKAT KONSUMSI BULAN RAMADAN MEMICU INFLASI KOMODITAS PANGAN
www.annurngrukem.com – Inflasi merupakan lonjakan harga secara umum. Inflasi kerap terjadi menjelang hari-hari besar termasuk bulan Ramadhan. Bulan Ramadhan yang kita ketahui merupakan bulan yang amat mulia bagi umat islam. Tak mungkin umat islam menyia-nyiakan bulan yang amat mulia ini. Indonesia sebagai pemeluk islam terbesar didunia menurut globalreligiusfuture, telah mengalahkan negara islam lain seperti Pakistan, India, dan lainnya. (https://databoks.katadata.co.id)
Tak heran jika setiap Ramadhan tiba masyarakat berbelanja tidak sebagaimana mestinya. Entah membeli baju couple sekeluarga, sandal, perhiasan, dan masih banyak lagi yang serba baru. Tak hanya itu, pastilah makanan selama Ramadhan harus selalu update setiap harinya dengan menu yang berbeda agar tidak membosankan dikala sahur maupun berbuka. Ketika para ibu rumah tangga menyerang pusat perbelanjaan, maka timbul inflasi dikemudian.
Timbulnya inflasi karena naiknya kemampuan permintaan agregat (permintaan barang dan jasa dalam perekonomian dengan harga tertentu) sebagai indikator daya beli masyarakat. Demikian halnya karena ketika menjelang Ramadhan disusul hari raya Idul Fitri sebagai hari besar islam, para pekerja memperoleh THR atau tunjangan hari raya. Ketika pendapatan (gaji) masyarakat naik, maka jumlah yang akan dikonsumsi ikut serta mengalami kenaikan.
Sudah menjadi tradisi bila harga pangan dalam negeri mengalami kenaikan menjelang bulan Ramadhan. Adanya kelompok bahan makanan dan makanan jadi, memberi dominasi dalam bergejolak (volatile foods), yang memberi sumbangan besar terhadap laju inflasi. Tingginya berbagai komoditas pangan dikarenakan permintaan masyarakat yang semakin meningkat, namun, pasar tidak mampu memenuhi permintaan masyarakat alias produksi terbatas.
Kelangkaan akibat produksi yang terbatas menumbuhkan inflasi dalam perekonomian. Pasar tidak mampu memenuhi jumlah permintaan konsumen. Daging ayam misalnya, yang semula melimpah menjadi langka akibat banyaknya permintaan masyarakat. Karena daging ayam langka, maka daging ayam yang dijual semakin sedikit dengan harga yang tinggi. Layak halnya tahun ini, daging ayam yang semula Rp.32.000/Kg mencapai Rp.40.000/Kg.
Selain kurangnya produksi komoditas itu sendiri, faktor lain dari inflasi karena proses ditribusi berjalan kurang baik yang ditandai dengan disparitas harga antar wilayah dan antarmusim yang relatif tinggi, serta adanya fluktuasi (perubahan secara tak menentu) harga yang tidak terkendali. Hambatan yang dihadapi selama proses distribusi terjadi karena minim sarana dan prasarana distribusi, kondisi wilayah yang berpulau, koordinasi yang tidak professional, produksi yang tidak merata, berbagai pungutan liar, dan posisi dominan terhadap pihak tertentu.
Keefisiensian sistem distribusi tercapai apabila memenuhi dua syarat, yaitu: (1) penyampaian hasil dari produsen ke konsumen dengan biaya serendah-rendahnya; dan (2) pemerataan keadilan dari keseluruhan harga yang dibayarkan konsumen akhir kepada semua pihak yang ikut serta dalam kegiatan produksi dan distribusi komoditas tersebut. Distribusi berperan penting agar komoditas yang diproduksi produsen dan diinginkan konsumen tersedia dan diperoleh dalam bentuk, waktu, dan jumlah yang tepat.
Tetap saja pemerintah memiliki tanggungjawab besar dalam mengendalikan laju inflasi yang terjadi dalam negara. Apalagi inflasi yang terjadi pada komoditas pangan yang merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia. Masyarakat yang aktif mengeluarkan uang, akan menyebabkan uang yang beredar semakin banyak melewati batas yang dibutuhkan. Oleh karena itu, pemerintah akan mengeluarkan beberapa kebijakan entah fiskal maupun moneter untuk menahan laju inflasi pasar.
Adapun untuk pengendalian inflasi terhadap komoditas pangan yang bersifat nabati diatasi oleh pemerintah melalui program penyaluran pupuk sebagai irigasi, pengoptimalan lahan, dan pemberian berbagai alat untuk menunjang pengelolaan lahan pertanian seperti tractor, cangkul, alat penyemprot hama.
Ketika terjadi inflasi, masyarakat tak perlu risau, karena menurut pengamatan dari tahun ke tahun, negara Indonesia hamper tidak pernah mengalami inflasi dalam jangka waktu yang panjang. dari hal ini, kita perlu bersyukur karena bila inflasi berkepanjangan akan mengalami krisis moneter yang mengerikan. Dalam penekanan laju inflasi setiap unit konsumen, produsen, pemerintah, memiliki peran penting masing-masing. Berbahagialah selalu menyambut bulan Ramadhan.
_______________________
Penulis: Jauharatun Nafisah (Khodijah 1)
Referensi:
- Kusnandar, Viva Budy. 2019. “Indonesia, Negara dengan Penduduk Muslim Terbesar Dunia” diakses pada 22 April 2021
- https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/09/25/indonesia-negara-dengan-penduduk-muslim-terbesar-dunia
- Surya, T.Ade. 2015. “Pengendalian Inflasi Komoditas Pangan Menjelang Bulan Ramadhan”. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik 7(11):13-16 diakses pada 22 April 2021
- Info Singkat-VII-11-I-P3DI-Juni-2015-78.pdf (dpr.go.id)