Sastra

Surat untuk Ayah yang Kurindu

Hai Ayah, apa kabar?

Aku berharap kau sehat  saat ini. Apakah kau masih mengenalku Ayah? Mengenal putri kecilmu yang lama kau tinggalkan. Saat ini dia sudah berusia 17 tahun Ayah, dan dia tumbuh dengan seribu pertanyaan yang entah kapan terjawabkan. Ayah tahu? mengapa aku menuliskan ini untuk Ayah? Jujur putrimu ini takut untuk mengungkapkannya, tapi dia tak ingin memendamnya terlalu lama. Ayah aku rindu padamu, kapan Ayah pulang menemuiku? Apakah kau harapanmu sama denganku, Yah?

Waktu terus berjalan seperti semestinya. Namun, terkadang momen-momen yang indah bersamamu muncul dan membuatku ingin menangis, menyesali, dan marah. Dunia seperti tak adil bagi ku saat ini, memisahkanmu denganku tanpa tahu alasan yang sebenarnya. Tapi sudahlah, toh waktu tak akan terulang kembali. Di sini aku akan menceritakan tentang kehidupanku tanpamu, aku harap Ayah mengingatnya.

Sebelumnya, apakah Ayah masih mengingat masa kecilku? Saat di mana Ayah menggendongku diwaktu Ibu tak di rumah, membuatkanku susu, menyanyikan lagu kesukaanku, mengajari bersepeda hingga aku terjatuh dan kau mengatakan katak yang menjegalku, hahaha. Polosnya aku percaya saat itu. Kau selalu bilang jangan sering makan permen nanti giginya ompong, tapi saat ulang tahunku yang ke-5 kau malah mengadoku permen lolipop yang besar, betapa lucunya Ayahku ini.

Pada saat itu entah tanggal berapa tiba-tiba Ibu menangis di hadapanku dan memelukku dengan erat. Aku bingung, aku sedih,  aku marah, tapi, aku tak tahu apa-apa Ayah. Ibu tak menceritakannya padaku saat itu. Ibu hanya berkata ‘’Kamu harus kuat, kamu harus bahagia bersama ibu.’’ Disaat itu aku hanya bisa membantu ibu  menghapus air matanya dengan tanganku sembari berkata ‘’Sudah ibu, jangan menangis.’’

READ  Hikayat Malam Kelam

Malam telah tiba dan aku tetap duduk di sofa yang biasa aku duduki bersamamu , aku menunggumu pulang Ayah. Aku cemas, mengapa selarut ini Ayah belum pulang? Hingga akhirnya aku tertidur di sofa hingga pagi. Saat terbangun aku berharap kau sudah ada di meja makan menungguku datang, tapi saat kulihat dapur hanya ada ibu yang sedang memasak.

Aku berteriak ‘’Ayah..,ayah…’’ Suaraku membuat Ibu menoleh dan menghampiriku dan berkata kepadaku, ‘’Mandi, setelah itu makan ya Nak?’’ aku tak menghiraukannya, pikiranku hanya bertanya, di mana dirimu Ayah? kenapa Ayah tidak pulang? selama berapa hari Ayah tidak di rumah? ke mana Ayah pergi? kenapa Ayah pergi begitu saja? kenapa Ayah pergi tanpa berpamitan denganku? kenapa Ayah pergi tanpaku? padahal Ayah sering mengajakku ke mana pun Ayah akan pergi, itu hal yang membuatku bertanya-tanya akan kepergian Ayah yang tiba-tiba menghilang.

Aku mencari Ayah ke sana -kemari. Tapi hasilnya, kosong. Ayah tidak ada di rumah saat itu. Dan Ayah tahu apa yang ku rasakan saat itu? yang ku rasakan saat itu, hanya bisa menangis dan marah. Kenapa Ayah pergi tanpaku?

Aku bertanya kepada ibu saat itu kemana Ayah? kenapa Ayah pergi tanpa berpamitan dengan ku? Ibu hanya bisa membalasku dengan senyuman manisnya. Lalu Ibu memelukku dengan erat. Sangat erat . Aku tidak tahu apa yang dirasakan Ibu saat itu. Yang aku tahu saat itu , Ibu sedang sedih , namun berusaha untuk kuat.

Tak terasa 7 tahun telah berlalu, tepatnya di ulang tahunku yang ke-12 rasa asingku tanpamu mulai bersahabat denganku, seakan -akan kau memang penjahat yang nyata. Kau menyakiti perasaanku terutama Ibuku. Sudahlah, bagiku ‘’Ayah’’ hanya kata yang ketidakmungkinan dan kebenaran bagiku saat itu.
Di ulangtahunku itu,  Ibu tiba-tiba datang membawa kue cokelat buatannya. Ibu tersenyum manis padaku dan aku membalas senyuman itu, saat aku ingin meniup lilin itu tiba-tiba Ibu menghentikanku, Ibu berkata ‘’ Berdo’alah semoga kaudapat bertemu Ayahmu.’’ Aku tertawa mendengar ibu mengucapkan itu.

READ  The Umbrella

Bagaimana aku tidak tertawa setelah bertahun-tahun tanpamu, entah mengapa Ibu tiba-tiba mengikatkan do’a tentang Ayah? Ibu diam atas seribu pertanyaanku. Kata demi kata Ibu ucapkan. Sebuah jawaban atas pertanyaanku selama bertahun-tahun. Aku menangis saat itu mendengar kebenarannya dan ternyata, pikiranku selama ini salah mengenai dirimu, Yah. Aku minta maaf Yah, saat itu aku membencimu dan tidak mengakuimu sebagai Ayahku.

Bohong kataku jika aku tidak merindukanmu saat ini. Di umur ke-17 tahun , aku masih menantikanmu pulang, setidaknya bertemu denganku walau hanya sebentar.  Apakah kau tahu Ayah? Jika kita bertemu aku ingin bercerita banyak tentang sekolahku, tentang temanku, dan bahkan tentang percintaanku. Tapi Ayah diam saja ya, ini rahasia kita di sini hehehe. Huh capek. Sudah berapa kata aku menulis di surat ini? Surat yang tidak tahu terbalaskan atau tidak. Aku hanya berharap kau membacanya. Sebelum aku tutup, kau harus tahu bahwa aku selalu mendoakanmu, mendoakan kesehatanmu, kebahagianmu dan setiap langkahmu dapat kau lalui dengan mudah. Aku yakin Tuhan pun mengerti apa yang kurasakan saat ini. Rasa kehilangan, rasa kesepian , dan kerinduan yang kulalui.

Di bulan Ramadhan ini, bolehkah aku egois Ayah? memintamu untuk berkumpul dengan aku dan ibu kembali. Doa yang mungkin terlalu bodoh karena kau pasti sudah bahagia di sana berkumpul dengan keluarga barumu. Emmmm… sudahlah aku ikhlas, aku sudah merelakanmu, lagi pula lebaran bersama ibu sudah cukup bagiku. Mungkin, kisahku denganmu hanya sebatas masa lalu. Terimakasih Ayah. Terimakasih telah hadir dalam hidupku walau hanya sebentar. Maaf Ayah, putri kecilmu ini baru menyuratimu di umur ke-17. Kuharap kau masih mengenal diriku ini.

READ  Rindu

Ku ingin saat ini engkau ada di sini

Tertawa bersamaku seperti dulu lagi

Walau hanya sebentar Tuhan tolong kabulkan lah

Bukannya diri ini tak terima kenyataan, hati ini hanya rindu

Ayah aku merindukanmu, merindukan suara tawamu, merindukan kasih sayangmu kepadaku, bahkan merindukan pelukkanmu. Apakah Ayah merasakan itu juga? Kuharap Ayah juga sepertiku, merindukanku..

Sampai jumpa Ayah, entah kapan kita akan bertemu. Apa mungkin kita tidak akan bertemu? jika aku bertemu dengan Ayah aku akan memelukmu dengan erat, sangat erat. Aku merindukanmu Ayah.

Salam hangat untuk ayah,

Dari putri kecilmu yang merindu.

 

Aubrea ( Juara 2 Lomba Menulis Edisi RFM 1445 H, Komplek Khodijah)

annurngrukem

Admin website. Pengurus Pondok Pesantren An Nur. Departemen Multimedia Bidang Informasi dan Teknologi.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close
Back to top button
WeCreativez WhatsApp Support
Tim dukungan pelayanan kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanyakan apa saja kepada kami!
Hai, ada yang bisa saya bantu??